15 Desember 2024

batasnegeri.com

Membangun Indonesia dari Pinggiran

Aktivitas pelabuhan Pelabuhan Kayan I Tanjung Selor, Bulungan.

Pelabuhan Laut Syarat Kaltara Menuju Poros Maritim Dunia

BatasNegeri – Ada beberapa persoalan yang harus diselesaikan jika Kalimantan Utara ingin menjadi bagian pendukung program Indonesia Menuju Poros Maritim Dunia.

Asisten I Setprov Kalimantan Utara Sanusi dalam rapat bersama jajaran Dewan Ketahanan Nasional (Wantanas) di gubernuran, Selasa (10/4/2018) mengungkapkan sejumlah persoalan mendasar.

Antara lain pelabuhan Malundung di Kota Tarakan yang belum sepenuhnya bisa melayani ekspor langsung ke pasar luar negeri.

Pelabuhan Malundung, Tarakan

Mantan Kepala Badan Kesbangpol Kalimantan Utara itu menjelaskan, komoditas ekspor yang keluar dari Pelabuhan Malundung, tidak lantas menuju luar negeri.

Melainkan harus dilayarkan dulu ke Pelabuhan Kariangau Balikpapan, atau ke Pelabuhan Soekarno Hatta Makassar.

“Sehingga catatan ekspor itu bukan dari Tarakan, tapi dari Makassar atau Surabaya. Sehingga penghasilan dari ekspor itu terhadap Kalimantan Utara tidak memuaskan,” kata Sanusi.

Kaitannya terhadap program Indonesia Menuju Poros Maritim Dunia, Kalimantan Utara sedang menyiapkan satu pelabuhan di Kabupaten Bulungan. Prosesnya menuju tahap pembebasan lahan.

Pelabuhan yang berlokasi di Pesawan Kelurahan Tanjung Selor Timur itu akan menggantian peran Pelabuhan Kayan I yang sudah tidak relevan dengan perkembangan kota dan terjadinya pendangkalan sungai.

“Pelabuhan Kayan I Tanjung Selor sudah kurang memungkinkan lagi. Itupun pelabuhan Kayan I masih di bawah kendali KSOP Semarang,” katanya.

Pelabuhan Sebatik yang masuk dalam jalur Tol Laut dianggap masih kurang maksimal perannya.

“Kalau pelabuhan-pelabuhan itu didukung, bisa membantu masyarakat Kalimantan Utara dapat harga komoditas yang lebih murah,” ujarnya.

Di Kawasan Industri dan Pelabuhan Internasional (KIPI) Tanah Kuning-Mangkupadi di Kecamatan Tanjung Palas Timur Kabupaten Bulungan, jelas bahwa kawasan tersebut merupakan sentra industri dan hasil industrinya perlu pengapalan untuk dijual ke pasar domestik dan mancanegara nantinya.

“Tetapi terlepas dari itu, kita butuh percepatan realisasi pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) 9.000 MW di Sungai Kayan. Karena industri bisa masuk jika listrik tersedia. Kami juga harap dukungan Wantannas untuk percepatan itu,” kata Sanusi.[*]

tribunnews.com