BatasNegeri – Hari pertama penyelenggaraan Festival Cross Border Malaka (FCBM) 2018 di Kabupaten Malaka, Nusa Tenggara Timur (NTT) sukses menghibur para penonton dan warga setempat yang datang.
Acara dimulai sekitar pukul 16.00 Wita, diawali oleh tarian tradisional khas Malaka yaitu tari Likurai yang dibawakan oleh belasan remaja dari sanggar tari Fajar Timur Kobalima. Usai menyaksikan tari Likurai, penonton disuguhkan kembali dengan tari Tebe yang dibawakan oleh 28 remaja berpasangan.
Tarian Tebe merupakan suatu luapan kegembiraan atas keberhasilan/kemenangan dimana para pria dan wanita bergandengan tangan sambil bernyanyi bersahut-sahutan melantunkan syair dan pantun yang berisikan puji-pujian, kritikan atau permohonan, sambil menghentakkan kaki sesuai irama lagunya.
“Kami latihan selama dua hari agar bisa tampil menarik untuk menghibur penonton yang datang dalam Festival Cross Border Malaka ini,” kata Satria (15), salah satu penari dari Sanggar Fajar Timur Kobalima saat ditemui pada acara Festival Cross Border Malaka, di Lapangan Betun, Malaka, NTT, Kamis (23/8/2018).
Tak hanya itu, hiburan lainnya disemarakkan oleh penampilan Hip Hop Malaka Clan, band lokal MOOSA, hingga penampilan modern dance dari sanggar tari.
FCBM 2018 merupakan agenda tahunan yang diselenggarakan oleh Dinas Pariwisata Kabupaten Malaka bekerja sama dengan Kementerian Pariwisata dalam bentuk konser musik dan pertunjukan seni budaya. Penyelenggaraan FCBM 2018 selama dua hari (23-24 Agustus) diramaikan oleh artis lokal dan nasional dengan bintang tamu utamanya adalah Mario G Klau.
Asisten Deputi Pengembangan Pemasaran I Regional III Kementerian Pariwisata Ricky Fauzi mengatakan, tahun ini ada empat agenda Cross Border yang diselenggarakan di NTT. Keempat agenda itu yakni Festival Cross Border Atambua pada 27-28 Juli 2018, Festival Cross Border Malaka 23-24 Agustus 2018, Festival Fulan Fehan di Atambua, Kabupaten Belu pada bulan Oktober 2018, dan Konser Musik Crossborder di Kabupaten Timor Tengah Utara (TTU) pada bulan November 2018 nanti.
“Tidak hanya itu, ada juga berbagai acara lainnya seperti Festival Wonderful Indonesia yang tentu akan semakin meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan mancanegara (wisman),” ujar Ricky Fauzi. Target wisatawan mancanegara pada 2018 mencapai 17 Juta kunjungan.
Untuk wilayah cross border sendiri ditargetkan memberi sumbangan sebanyak 6,1 juta kunjungan wisman. Sedangkan untuk target wisman cross border di NTT sebanyak 1,6 Juta di 2018.
“Kedua terbesar setelah Kepri yang menargetkan 4 juta wisman selama satu tahun,” kata Hendry Noviardi, Kepala Bidang Pemasaran Area II Regional III di Deputi Pengembangan Pemasaran I Kementerian Pariwisata.
Terlebih di NTT terdapat pintu masuk wisatawan lintas batas melalui Pos Lintas Batas Negara (PLBN) yang sangat potensial bagi wisatawan asal Timor Leste yang ingin ke Indonesia. Ada tiga pintu masuk yang potensial di area perbatasan yaitu PLBN Mota’ain, Motamasin dan Wini. “Sudah pasti akan banyak wisman masuk, tentu butuh koordinasi dengan pihak terkait,” ujarnya.
Menteri Pariwisata Arief Yahya mengapresiasi kesuksesan cross border dengan mengadakan konser-konser yang mendatangkan wisman asal Timor Leste. Ditambah dengan arsitektur PLBN yang bernuansa kearifan lokal. “Kuncinya adalah musik, seni-budaya, dan kuliner ini untuk menggaet pasar negara tetangga,” tutup Arief.[foto dari berbagai sumber]
kompas.com
More Stories
Pulau Berakit: Surga Tersembunyi di Perbatasan Indonesia dan Singapura yang Menawarkan Keindahan Alam Luar Biasa
Memoles Pulau Putri untuk Menggoda Singapura
Presiden Jokowi Buka dan Hadiri Nusantara TNI Fun Run di IKN