BatasNegeri – Nursaka, bocah pelintas batas Indonesia – Malaysia, akhirnya bisa mendapat sepeda dari Presiden Jokowi. Jokowi mengirimkan sepeda kepada bocah delapan tahun itu ke sekolahnya di SDN 03 Sontas, Kecamatan Entikong, Kabupaten Sanggau, Kamis (13/9/2018).
“Terima kasih Pak Jokowi,” kata Nursaka.
Sepeda dari Jokowi diterima langsung oleh Nursaka. Menurut utusan Presiden yang mengantarkan sepeda itu, Jokowi menitipkan pesan agar bocah yang akrab disapa Saka ini tetap bersemangat dan rajin belajar.
Nursaka adalah anak pasangan WNI yang tinggal di Tebedu salah satu kecamatan di Serian, Sarawak, Malaysia namun bersekolah di Kecamatan Entikong. Setiap pergi dan pulang sekolah, bocah kelas tiga SD ini melewati dua border. Yakni Border Tebedu dan PLBN Terpadu Entikong.
Aktivitas Nursaka melintasi perbatasan dua negara selama tiga tahun lantas viral setelah video perlintasannya diunggah ke media sosial oleh petugas Kantor Imigrasi Entikong.
Saka melintasi perbatasan dengan Pas Lintas Batas (PLB), dokumen perjalanan luar negeri bagi WNI, hasil kerja sama Sosek Malindo yang dikhususkan bagi masyarakat perbatasan. Selain itu, Saka juga mengantongi paspor.
Kepala Kantor Imigrasi Entikong melalui Kasubsi Informasi Keimigrasian Judi Susilo mengungkapkan, ide awal mengunggah aktivitas perlintasan Saka ke media sosial karena bocah tersebut memiliki semangat kuat untuk sekolah meski harus melintasi dua negara.
Setelah ditelusuri, lanjutnya, Saka juga mengantongi dokumen perlintasan resmi. Artinya, Saka tertib aturan dan melakukan perlintasan resmi.
“Realita kehidupan anak ini patut diangkat. Karena dia punya semangat nasionalisme yang tinggi. Dia juga patuh aturan. Waktu bikin video itu kami ingin menyampaikan pesan kepada masyarakat luas, melintas lah dengan dokumen negara yang sah kalau bepergian ke luar negeri,” kata Susilo.
Saka melintasi PLBN Entikong ketika pergi sekolah sekitar pukul 06.00 WIB dan kembali melintas pukul 12.00 WIB untuk pulang kediaman orang tuanya. Tiga tahun bolak-balik dua negara lewat PLBN, membuat anak kedua pasangan Sudarsono dan Julini ini akrab dengan petugas Imigrasi di gerbang negara tersebut.
Sambil menunggu mobil yang bisa ditumpanginya, Saka sering menghabiskan waktu dengan mengerjakan PR dan belajar bersama petugas Imigrasi PLBN Entikong.
“Dia itu rajin, tidak suka bolos kecuali sakit. Sakit saja masih tetap mau sekolah. Makanya kadang dia ketiduran di sini. Kami di sini menganggap dia itu lebih kayak keluarga, karena anak ini lewat perlintasan Imigrasi jadi secara tidak tertulis dia menjadi tanggung jawab Imigrasi di sini,” tambah Susilo.
Sementara itu, Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Kabupaten Sanggau, Sudarsono mengaku terharu dan bangga dengan perjuangan Saka untuk bersekolah.
“Kita terharu sekali dengan semangat anak ini. Anak seusia itu punya niat kuat untuk sekolah dan pantang menyerah. Saya akan minta pihak sekolahnya untuk memperhatikan anak ini,” tegas Sudarsono.
Pemerintah Kabupaten Sanggau, kata dia, juga mengapresiasi semangat nasionalisme Saka memilih sekolah di Indonesia meski tinggal di Malaysia.
“Kita apresiasi anak ini karena dia masih cinta Indonesia. Menurut saya itu memang harus ditanamkan kepada semua anak-anak Indonesia,” pungkasnya.[*]
(jpnn.com)
More Stories
BPPD Kepri Dorong Konektivitas Serasan Sematan
Presiden Prabowo Disambut Hangat di Kupang
Menko Polkam: Teroris Bisa Kecoh Aparat Pakai AI