22 Januari 2025

batasnegeri.com

Membangun Indonesia dari Pinggiran

Kondisi jalan perbatasan di Kecamatan Putusibau menuju PLBN Terpadu Nanga Badau, Kalimantan Barat. Foto-dok Kementerian PUPR

Warga Perbatasan Harapkan Pembangunan Jalan Yang Berkualitas

BatasNegeri – Warga Perbatasan Indonesia-Malaysia di Kecamatan Badau memprotes pembangunan pelebaran jalan di daerah kecamatan Badau tidak sesuai dengan sosialisasi kepada masyarakat ketika pembebasan lahan.

“Kami tidak bermaksud untuk menghambat-hambat pembangunan, kami hanya mempertanyakan kualitas pekerjaan, jangan sampai dikerjakan secara abal-abal,” ujar seorang warga kecamatan Badau, Rusli kepada wartawan, Senin (15/10/2018).

Pada dasarnya kata Rusli, masyarakat mendukung pekerjaan pelebaran jalan itu, dan termasuk program pembangunan dari pemerintah berbagai bidang.

“Tapi apabila pekerjaan dikerjakan tidak mengutamakan kualitas, tentu kami akan kecewa,” ucapnya.

Rusli menjelaskan,  jalan dua jalur yang sedang dibangun itu terlalu berliku-liku, seharusnya bisa diluruskan tidak terlalu banyak tikungan.

Sementara saat sosialisasi akan diluruskan dan tidak banyak tikungan.

“Tapi kenyataannya berliku-liku, apalagi kualitas pekerjaan kami sangat ragukan. Kami tidak ingin program pembangunan di perbatasan dikerjakan asal-asalan, karena itu memakan dana besar dan lokasi yang cukup luas,” ujarnya

Tambahnya, jangan sampai nanti baru dibangun dibongkar lagi.

“Sayang anggaran negara itu, masih banyak daerah lain yang memerlukan pembangunan, jika ada kesempatan pembangunan tolong lah dikerjakan secara serius,” ungkapnya.

Warga Badau lainnya, Dewitsin meminta pemerintah pusat turun langsung melihat kondisi pekerjaan pelebaran jalan tersebut, karena pekerjaan tidak sesuai dengan yang disosialisasikan kepada masyarakat ketika pembebasan lahan.

“Saat sosialisasi pelebaran jalan itu, memakan lahan cukup luas kurang lebih 50 meter, dan sudah dilakukan pembebasan lahan. Namun dalam pelaksanaan pekerjaan terlalu berliku-liku, dan secara kasat mata pekerjaan yang direncanakan oleh konsultan dan pelaksana pekerjaan itu tidak mengutamakan kualitas,” ujarnya.

Menurutnya, dalam pekerjaan itu hampir tidak mengunakan batu pecah, padahal biasanya pekerjaan jalan seperti itu memerlukan batu pecah.

“Jalan itu terlalu banyak tikungan dan sudah banyak memakan korban, kami minta konsultan dan pelaksana pekerjaan memikirkan itu, karena nanti yang menikmati itu bukan konsultan dan pelaksana pekerjaa tetapi masyarakat umum,” ungkapnya.[*]

tribunnews