5 Desember 2024

batasnegeri.com

Membangun Indonesia dari Pinggiran

Mayor Anna, Srikandi Pertama Penjaga Perbatasan RI-PNG

BatasNegeri – Nama lengkapnya adalah Mayor Chk (K) Yuliana Rosario Yoku, biasa disapa dengan panggilan akrab, Anna. Putri Papua ini memulai karir sebagai Korps wanita TNI Angkatan Darat (Kowad) pada 2001. Kini menjadi Danramil 04-1701/Arso.

Mayor Anna pernah berujar, Kowad bukan mawar penghias taman, melainkan melati pagar bangsa.

Dengan jabatan sebagai Danramil di daerah perbatasan RI-Papua Nugini, Mayor Anna benar-benar menjadi pagar bangsa. Kodim yang ia pimpin merupakan Satuan Komando Kewilayahan (Satkowil) yang secara geografis berada di Distrik (Kecamatan) Arso, Kabupaten Keerom yang berbatasan langsung dengan Papua Nugini (PNG).

Anna merupakan satu dari sembilan orang Prajurit Kowad yang menjabat sebagai Danramil di Satwkowil TNI AD dan juga wanita pertama yang bertugas di wilayah perbatasan RI-PNG yang memiliki tingkat dinamika penugasan yang sangat tinggi.

“Dalam keseharian, selain melaksanakan pembinaan teritorial, saya bersama dengan Satgas Pamtas (Satuan Tugas Pengamanan Perbatasan) melaksanakan pemantauan wilayah. Bahkan dalam beberapa kesempatan, turut berpatroli bersama ke perbatasan RI-PNG,” ujarnya, Kamis (20/12/2018). 

Dijelaskan bahwa tahun 2018 ini, dirinya telah melaksanakan patroli patok perbatasan sebanyak dua kali yaitu di Skofro dan Bewan Baru. Pada saat patroli yang pertama ke Skofro dilakukan bersama dengan Satgas Pamtas Yonif Para Raider 432/WSJ dan yang kedua ke Bewan Baru hanya bersama anggotanya.

“Patroli pertama pada tanggal 18 Januari 2018 bersama Satgas Pamtas patroli ke patok Skofro dan yang kedua tanggal 11 Juli 2018 ke Patok Batas MM 3A di Bewan Baru. Di wilayah Arso terdapat empat patok perbatasan,” paparnya.

Menurutnya, patroli yang paling berat adalah rute ke patok Bewan Baru. Tersebut dikarenakan tidak hanya rutenya yang cukup berat dan belum dapat dilalui dengan sarana transportasi, juga merupakan perlintasan Kelompok Kriminal Separatis Bersenjata (KKSB).

Dari Koramil perjalanan menggunakan mobil ke Desa Kibay selama satu jam perjalanan. Kemudian menempuh perjalanan darat (jalan kaki) selama tiga jam melalui Kali Asin dan Kali Bewan, tapi itupun jika tidak ada banjir, akibat hujan.

“Oleh karenanya, untuk menunju ke sana, kita harus menyiapkan segala sesuatunya, baik fisik, mental, logistik termasuk pengamanannya,” kata dia.

Lebih lanjut, Anna menjelaskan bahwa selama setahun menjabat sebagai Danramil, dirinya berupaya membangun komunikasi ke seluruh kampung yang ada di empat distrik. Pada bulan Februari 2018, bersama dengan anggota, dengan menempuh delapan jam perjalanan mengunjungi Kampung Sawabum yang bertahun-tahun belum pernah dikunjungi oleh Koramil.

“Akses ke kampung itu baru dibuka, untuk menuju ke kampung tersebut harus naik buldoser dari jam 11.30 sampai 15.30 WIT. Kondisi di sini masih dapat dikatakan memperihatikan, sehingga bersama dengan aparat lainnya (Pemerintahan dan Kepolisian) serta Satgas Pamtas, kita bahu-membahu membangun berbagai hal untuk kepentingan masyarakat,” papar Anna.

Adapun yang menjadi motivasinya, menurut dia, lantaran dirinya betul-betul sadar bahwa Papua merupakan tanah kelahiran yang harus dibangun agar tidak tertinggal dengan wilayah yang lainnya.

“Jika bukan kita, siapa lagi dan jika tidak sekarang kapan lagi. Itu yang selalu terbayang dalam benak saya, untuk berbuat yang terbaik, tulus dan ikhlas bagi saudara-saudara kita disini. Apalagi saat ini, dapat dikatakan saya memiliki kewenangan dalam membina wilayah,” tegasnya.

Anna mengaku punya tugas prioritas, selain menjaga wilayah perbatasan juga membina wilayah dan turut membangun kesejahteraan masyarakat. Keberadaannya saat ini lanjutnya, juga sekaligus untuk memberikan inspirasi dan motivasi kepada generasi muda di wilayahnya untuk mengikuti dirinya sebagai prajurit TNI AD.

“Selama saya menjadi tentara selepas kuliah, banyak hal yang diperoleh. Selain nilai-nilai keprajuritan, juga yang paling utama adalah nasionalisme dan wawasan kebangsaan, maka dalam berbagai kegiatan pembinaan teritorial, itu pula yang selalu saya tularkan,” ulasnya.

Tak lupa ia menyampaikan terima kasih kepada pimpinan TNI AD yang telah memberikan kesempatan bagi dirinya menjadi Danramil di tanah kelahirannya, sehingga dapat membantu masyarakat secara langsung.

“Meski tidak banyak, sudah ada di beberapa Kodam yang Danramilnya diisi oleh Kowad, bahkan ada yang jadi Dandim. Ini bukan karena Kowad diperlakukan khusus, melainkan karena sesuai dengan semboyannya bahwa Kowad bukanlah mawar penghias taman tapi melati pagar bangsa. Kowad bukanlah hanya pelengkap organisasi tapi justru penjaga keutuhan dan kedaulatan bangsa yang bisa mengharumkan Indonesia,” kata Anna mengakhiri. [foto dari berbagai sumber]

Sumber : okezone.com