BatasNegeri – Kementerian Pariwisata terus mengembangkan strategi untuk mendorong pariwisata perbatasan (border tourism). Kawasan Asean dinilai menjadi wilayah yang potensial, salah satunya dengan menerapkan mobile positioning data (MPD).
MPD merupakan revolusi dalam metoda statistik yang berbasis pada teknologi. “Jauh lebih akurat dibandingkan dengan penghitungan manual, maupun cara survei yang menggunakan sample. Teknologi bisa menjawab lebih presisi, lebih pasti, lebih meyakinkan,” kata Arief Yahya, Menteri Pariwisata dalam keterangan resminya Minggu (20/1/2019).
MPD sangat cocok diterapkan di Indonesia lantaran Indonesia adalah negara kepulauan. Lebih dari 17.000 pulau, 108.000 kilometer di wilayah perbatasan atau cross border.
“Tentu tidak mudah menghitung sebegitu luas dan panjang daerah dengan cara manual melalui kantor Imigrasi. Solusinya gunakan teknologi,” ujar Arief.
Sejak akhir tahun 2016, Badan Pusat Statistik (BPS) bersama Kempar sepakat menerapkan Metodologi mobile positioning data untuk menghitung statistika data kunjungan wisatawan, terutama di kawasan perbatasan. Dulu hanya 19 daerah, sekarang sudah 25 daerah perbatasan yang dikunjungi.
“Ada banyak kelebihan dalam penghitungan menggunakan teknologi MPD ini, dibandingkan dengan cara manual. Caranya menggunakan signal. Semua signal dari handphone bisa ditangkap oleh BTS atau antena, baik ketika mereka tidak sedang dipakai berbicara maupun pengiriman data text maupun gambar,” ungkap Arief.
Waktu menghitung juga terpantau terus selama 24 jam sehari, tujuh hari seminggu dan 52 Minggu setahun. Bisa mendeteksi pengunjung di luar yang tercatat oleh Imigrasi. “Dan bisa melihat visitor, berapa lama tinggal, berapa kali datang sepanjang tahun, dan dari mana negara originasinya,” pungkas Arief.[*]
Sumber : kontan.co.id
More Stories
Personel Yonkav 12/BC Bantu Masyarakat Cor Jalan Di Perbatasan RI-Malaysia
TNI-POLRI Kerjasama Susun Kajian Pertahanan Perbatasan Negara dalam Mendukung IKN
Presiden Jokowi Buka dan Hadiri Nusantara TNI Fun Run di IKN