BatasNegeri – Masih minimnya tenaga pengajar di kawasan perbatasan membuat Kodam XII Tanjungpura merasa perlu berkontribusi dengan menerjunkan sebanyak 100 personelnya untuk turut menjadi tenaga pengajar di kawasan perbatasan.
“Kami sudah ada datanya tentang titik mana saja yang masih perlu tenaga pengajar. Jadi, untuk tahap awal kami kirim 100 personel dulu yang akan turut bertugas mengajar membantu para guru di kawasan perbatasan,” kata Pangdam XII Tanjungpura, Mayjen TNI Achmad Supriyadi kepada wartawan usai menghadiri pembukaan pembekalan Personel Kodam XII Tanjungpura yang akan bertugas menjadi tenaga pengajar di perbatasan Kodam XII Tanjungpura, Rabu (6/2/2019) di aula Makodam XII Tanjungpura Sungai Raya.
Setelah mendapatkan pembekalan selama tiga hari ke depan, kata Achmad Supriadi sebanyak 100 personel Kodam XII Tanjungpura tersebut akan diberangkatkan ke sejumlah kawasan perbatasan seperti Sambas, Bengkayang, Sanggau, Sintang dan Kapusa Hulu.
“Jadi semua kawasan perbatasan kami kirim perwakilan untuk menjadi tenaga pengajar. Totalnya ada lima kabupaten yang akan kami sebar personelnya untuk mengajar di kawasan perbatasan,” jelas Achmad Supriyadi.
Ditanya berapa lama kebijakan menerjunkan personel Kodam XII Tanjungpura tersebut ke lapangan untuk turut menjadi tenaga pengajar, kata Achmad Supriyadi, kebijkaan tersebut akan terus dilakukan hingga ada kesiapan pemerinatah daerah untuk memenuhi kebutuhan guru di kawasan perbatasan.
“Dan keterlibatan para prejurit di lapangan untuk menjadi tenaga pengajar di perbatasan ini juga akan saya laporkan ke komando atas sehingga bisa menjadi contoh bagi daerah lainnya yang mengalami kasus serupa,” paparnya.
Achmad Supriadi menilai persolaan peningkatan kualitas pendidikan termasuk pemenuhan kebutuhan tenaga pengajar di kawasan perbatasan memerlukan kerjasama yang solid antar sejumlah pihak terkait.
“Khusus untuk permasalahan pendidikan kasawan perbatasan, kita tidak bisa menanganinya sama dengan di tempat lain dan menurut saya memang harus ada pengecualian khusus untuk mengatasi masalah di perbatasan dan daerah-daerah terpencil lainnya,” jelasnya.
Pangdam XII Tanjungpura ini pun mengaku salut dan bangga dengan para orang tua dan anak-anak di kawasan perbatasan yang masih memiliki niat, semangat dan kemauan belajar yang tinggi.
“Semangat anak-anak perbatasan untuk belajar itu luar biasa. Dan semangat inilah yang mendorong saya untuk membantu memenuhi kebutuhan tenaga pengajar di perbatasan,” terangnya, seraya mengatakan selain mata pelajaran umum nantinya juga akan disisipkan mata pelajaran bela negara bagi para anak-anak kawasan perbatasan.
Sementara itu, Gubernur Kalimantan Barat, Sutarmidji mengakui jika hingga saat ini di kawasan perbatasan masih kekurangan guru. Dia mencontohkan seperti di tingkat SD jika memiliki 6 kelas, namun hanya terdapat 2 guru yang mengajar.
“Minimnya tenaga pengajar ini membuat 1 guru harus mengajar lebih dari dua kelas sehingga proses belajar mengajarnya tidak efektif dan jam belajarnya juga menjadi berkurang,” paparnya.
Adanya program TNI yang melibatkan para personelnya untuk turut menjadi tenaga pengajar dinilai Sutarmidji menjadi salah satu solusi yang sangat baik dalam mengatasi kekurangan guru di perbatasan.
“Saya sangat mendukung keterlibatan personel TNI ini untuk turut mengajar di perbatasan dan semoga ini bisa dijadikan salah satu mode dalam penanganan untuk mengatasi persoalan minimnya guru di perbatasan,”jelasnya.
Dikesempatan yang sama, Sutarmidji juga mengingatkan semua kepala daerah di Kalimantan Barat untuk tidak mudah melepas guru yang berniat pindah tugas dari daerah, terutama daerah pedalaman.
“Kadang baru sekitar 3 hingga 4 tahun bertugas di garis depan, suda ada guru yang minta pindah tugas. Kalau diberikan izin, oleh pemerintah daerah setempat, itu kan tidak betul . di daerahnya masih kurang guru, tapi guru yang ada dilepas begitu saja untuk pindah tugas ke tempat lain,” terangnya.
Menurutnya cukup banyak alasan yang disampaikan tenaga pengajar yang mengajukan ingin pindah dari perbatasan, misalnya ingin dekat dan mengurus orang tua atau keluarga.
“Saya bilang, bawa saja orang tuanya, nanti kami kasikan tempat tinggalnya. Ndak mau juga dia,” jelasnya.
Untuk mengatasi masalah tersebut, Sutarmidji kembali menegaskan dan mengingatkan setiap kepala daerah agar tidak mudah melepas setiap tenaga di daerah untuk bertugas di kota.
”Kalau banyak guru di perbatasan yang mudah saja diberikan izin untuk pindah tugas ke daerah lain, kasihan masyarakat perbatasannya akan terus kekurangan tenaga pengajar, belum lagi ada persoalan tentang peningkatan ruang kelas hingga infrastruktur sekolahnya,” jelasnya.
Kedepan untuk meningkatkan kualitas pendiidkan di Kalbar, kata Sutarmidji pendidikan jarak jauh bisa menjadi alternative bagi sejumlah perbbatasan, asalkan memiliki jaringan internet yang kuat.
Untuk program kali ini, selain SD, kata Sutarmidji para personel Kodam juga bisa turut mengajar SMP.
“Misalnya untuk mata pelajaran Penjaskes atau olahraga dan berapa mata pelajaran umum lainnya saya rasa maish bisa diberikan teman-teman dari personel dari TNI ini,” pungkasnya.[*]
pontianakpost.co.id
More Stories
BP3OKP: Masyarakat Asli Papua Harus Tahu Label Pemanfaatan Dana Otsus
Harmony in the Pacific Menjadi Program Belajar Bersama RI-Pasifik
Tamu PON 2024 Dapat Berwisata ke Museum Aceh Saksikan Peninggalan Kesultanan Iskandar Muda