Oleh: Edi Muhammad Yamin
BatasNegeri – Beberapa hari lalu saya mengunjungi Pulau Pura, salah satu Pulau yang berada di antara Pulau Alor dan Pantar. Pulau Pura ini masih masuk ke dalam wilayah Kabupaten Alor, Provinsi Nusa Tenggara Timur.
Untuk tiba di pulau ini saya terlebih dahulu memesan tiket pesawat dari Kota Kupang menuju Kota Kalabahi yakni Ibu Kota Kabupten Alor. Dari Kota Kalabahi perjalanan saya lanjutkan kembali dengan naik angkutan desa menuju Dermaga Alor Kecil. Nah dari dermaga inilah saya naik kapal kecil menuju Pulau Pura.
Yang susah dari pulau ini adalah sumber air bersihnya karena air yang bisa dikonsumsi terbatas. Meski pemerintah sudah memberikan bantuan berupa toren di tiap rumah atau perkampungan namun tetap saja air terbatas.
Di pulau dengan satu kecamatan ini rupanya sudah ada banyak SD, SMP dan yang terbaru ada satu SMA yang sudah dibangun. Jadi anak-anak di pulau ini nggak perlu menyeberang ke Pulau Alor Besar untuk sekolah SMA.
Saat saya berkeliling, mata saya tertuju pada sebuah jalanan di atas perbukitan kampung yang bisa dibilang cukup bagus. Cerita warga di sana, jalanan ini masih tergolong jalanan baru dibangun satu tahun terakhir. Dulunya mereka melewati jalanan terjal atau via laut untuk pergi ke kampung lainnya.
Selama perjalanan ada banyak tiang listrik yang masih baru terpasang di sepanjang jalan antar kampung. Listrik Ini rupanya masih memakai tenaga diesel dan hanya menyala Mulai pukul 18.00-6.00 pagi. Menurut warga listrik ini juga baru setahun terakhir dipasang mengelilingi kampung di pulau ini.
Dikota itu enak, semua serba dimanjakan, fasilitas umum, fasilitas gratisan hingga fasilitas berbayar. Di pulau-pulau terpencil seperti ini sudah dibangun jalan dan listrik yang terbatas begini saja sudah sangat bersyukur sebab mereka hidup dalam keterbatasan selama berpuluh-puluh tahun dan baru di era sekarang mereka bisa mulai menikmati yang namanya keadilan bagi seluruh rakyat Indonesia (meski belum semua kampung, desa atau pulau terpencil dibangun jalan atau dialiri listrik).
Tiap malam mereka bisa nonton TV alias hiburan gratis karena listrik menyala. Mereka bisa keliling antar kampung dan menuju sekolah, sudah lebih enak. Karena kini bisa dilalui sepeda atau motor bahkan mobil-mobil truk pengangkut jagung dan tanaman lainnya. Hasil kebun juga bisa didistribusikan dengan baik tanpa biaya pengiriman yang besar.
Sekarang buat menuju Alor sudah gampang. Banyak kapal fery dan kapal Pelni plus Tol Laut melintas di Alor. Ada juga Bandara Mali yang lagi dibangun dengan design arsitektur lokal. Kini Warga Alor nggak perlu lagi nunggu berminggu-minggu buat keluar Alor atau ke pulau lainnya. Transportasi murah dan mudah bisa dimanfaatkan sesuai kebutuhanya.
Gambaran di atas hanya seklumit cerita kecil dari perjelananku selama hampir 1 tahun ini. Bahagia rasanya bisa melihat banyak kemajuan dan pembangunan di pelosok-pelosok negeri ini, mulai dari perbatasan, pulau-pulau terpencil, kampung pedalaman, pelabuhan, bandara, jalan trans, listrik, sekolah hingga harga BBM yang merata ditiap tempat yang saya kunjungi.
Bahagia juga rasanya bisa menyaksikan era perubahan mereka. Mendengar keluh kesah mereka hingga merasakan wujud syukur mereka yang sederhana. Bahagia pula karena hidupku nggak hanya dihabiskan dan dituakan di kota tanpa pernah menyentuh kehidupan di bawah yang sesungguhnya.[foto-berbagai sumber]
detik.com
More Stories
Wakil Perdana Menteri Timor Leste: Batas Negara Bukanlah Penghalang untuk Mempromosikan Budaya
Pulau Berakit: Surga Tersembunyi di Perbatasan Indonesia dan Singapura yang Menawarkan Keindahan Alam Luar Biasa
Memoles Pulau Putri untuk Menggoda Singapura