BatasNegeri – Visit the Heart of Borneo (HoB) yang diinisiasikan oleh tiga negara yaitu Indonesia, Malaysia dan Brunei Darussalam kembali digencarkan. Kampanye kali ini mengangkat tema ‘Jantung Kalimantan Tempat Kekayaan Keanekaragaman Hayati dan Budaya Menyatu’ memiliki nilai untuk meningkatkan kunjungan wisatawan perbatasan.
Wisatawan perbatasan atau cross border ditujukan ke negara tetangga terdekat yakni Malaysia dan Brunei. “Kalimantan merupakan destinasi wisata sangat strategis dalam meningkatkan kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) dari perbatasan,” kata Deputi Pemasaran I, Rizky Handayani dalam jumpa pers HoB di Kementerian Pariwisata, Selasa (19/3).
Dia menambahkan pariwisata lintas batas atau cross border tidak mengenal waktu karena jarak yang cukup pendek. “Bahkan akses masuk saat ini sudah lebih mudah ketimbang sebelumnya. Di Kalimantan Barat misalnya, pemerintah sudah perkuat dengan beberapa PLBN (Pos Lintas Batas Negara) sebagai pintu masuk wisatawan. Kita harus menguatkan area tersebut yang memiliki potensi wisata lintas batas demi meningkatkan kunjungan wisman,” kata dia.
Selain itu, tujuan utama diselenggarakan dari kegiatan ini adalah untuk penguatan ekowisata. Selain itu juga bertujuan untuk menjaga kesehatan hutan Kalimantan yang merupakan paru-paru dunia.
Kunjungan wisman lintas batas dari seluruh wilayah di Tanah Air (Kalimantan, Kepulauan Riau, Sumatera Utara, dan Papua) diharapkan akan memberikan kontribusi sekitar 20 persen. Angka tersebut berdasarkan target kunjungan 20 juta wisman ke Indonesia tahun ini.
Pulau Borneo, dijelaskan lebih lanjut, merupakan pulau terbesar nomor tiga di dunia. Memiliki sekitar enam persen keanekaragaman hayati dunia. Di area hutan tropisnya terdapat spesies flora dan fauna yang mencapai ribuan variasi. Termasuk bunga raflesia dan beberapa fauna endemik seperti orang utan, gajah borneo (gajah mini atau terkecil di dunia) dan kera proboscis.
“Daya tarik wisata di kawasan Jantung Kalimantan sebagian besar masih natural,” papar Rizky.
Sementara itu, Asisten Deputi Tata Kelola Kehutanan, Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Prabianto Mukti Prabowo menambahkan selain keanekaragaman hayati, kawasan ini juga merupakan sumber kehidupan bagi 1 juta masyarakat adat.
“Mereka setia pada kearifan lokal dalam pengelolaan hutan, juga melakukan upacara secara reguler untuk memohon petunjuk dan ucapan syukur. Area ini sangat kuat dari sisi budaya dan masyarakat adat,” kata dia yang juga selaku pimpinan dari Kelompok Kerja Hob di Indonesia.
Ia juga menambahkan masyarakat adat di Kalimantan antara lain suku Dayak dan Melayu. Mereka sangat berpegang teguh pada kepercayaan masing-masing. Menjaga dan mengelola hutan secara bijaksana adalah hal yang dipegang teguh.
“Inisiasi HoB mendukung penuh kepercayaan ini. Juga membantu kegiatan ekowisata masyarakat karena merupakan mata pencaharian yang potensial,” kata dia.
Inisiasi tiga negara ini membantu penguatan kapasitas, promosi, publikasi dan pemasaran program wisata. Termasuk wilayah Kalimantan, Indonesia. Sementara itu dalam pelaksanaannya WWF Indonesia juga mendukung inisiasi ini. Mereka bersama Kementerian Pariwisata (Kemenpar) mengampanyekan Visit the HoB.
Selain itu, WWF – HoB juga sebagai program peningkatan pengetahuan bagi beberapa tur operator di wilayah Kalimantan. “WWF-HoB memasarkan kegiatan di tingkat internasional melalui partisipasi di ITB Berlin. Selain itu juga mendukung penguatan tur operator dan masyarakat lokal dalam pengembangan paket wisata berstandar ekowisata,” papar Chief Officer WWF Indonesia Rizal Malik.
Ia menambahkan, potensi wisata di Kalimantan sendiri sangat kuat. Wisman maupun wisnus dapat menikmati keanekaragaman hayati dan budaya yang menyatu. “Selain itu juga wisatawan akan mendapatkan banyak manfaat untuk belajar mengenai pengelolaan lingkungan hidup. Serta latihan dalam membuat produk lokal seperti anyaman,” kata dia.
Kampanye Visit the Heart of Borneo merupakan kegiatan multi tahun untuk mempromosikan dan mempublikasikan kekayaan alam serta budaya di Kalimantan. Kegiatan ini mendapat dukungan dari TFCA (Tropical Forest Conservation Act) Kalimantan dan beberapa tur lokal.
Dalam kesempatan yang sama, Gubernur Kalimantan Utara (Kaltara) Irianto Lambrie mengatakan bahwa kendala pariwisata paling besar adalah infrastruktur. “Selain itu juga konektivitas antar negara yang masih sangat terbatas. Sehingga Kalimantan ini masih belum banyak dikunjungi oleh wisatawan,” kata dia.
Untuk penerbangan sendiri juga belum cukup banyak. Meski pembangunan infrastruktur transportasi udara dan darat sudah mulai dibangun, namun masih membutuhkan waktu yang lama dan biaya besar.
Penerbangan dari Bandara Juwata Internasional – Tarakan baru dilayani maskapai penerbangan Batik Air, Lion Air, Wings Air, MASwings, Sriwijaya Air, dan Susi Air. Harga tiket sendiri menurut situs Traveloka,
Kelemahan lain ada di ketersediaan akomodasi penginapan. Untuk hotel bintang lima belum ada sama sekali. “Baru ada hotel bintang empat, yakni Swiss Bell Hotel di Tarakan. Biaya transportasi juga mahal karena harus carter. Jadi saya kira itu juga menjadi kelemahan,” tutup dia.[*]
(moneysmart.id)
More Stories
Proyek Basilika dan Gereja di IKN Telan Anggaran Rp 704,9 Miliar
RI Gandeng 10 Negara Perangi Penangkapan Ikan Ilegal
Pengelolaan Perbatasan RI-PNG Jadi Sorotan Utama di Sidang JBC ke-38