BatasNegeri – Aktivitas pasar mingguan di wilayah perbatasan Indonesia yang berlangsung setiap hari Selasa pada pukul 07.00 Wita hingga 12.00 Wita di Pasar Perbatasan PLBN Motaain, Kabupaten Belu membuat sejumlah warga dari Negara Timor Leste memanfaatkan waktu untuk berburu barang kebutuhan pokok dengan harga terjangkau, Selasa (15/10).
Pasalnya, sistem perekonomian yang mengharuskan warga Negara Timor Leste menggunakan dolar Amerika Serikat (AS) sebagai alat transaksi yang menyebabkan masih banyak warga yang cenderung memilih pasar di wilayah Indonesia untuk berbelanja kebutuhan pokok serta kebutuhan sekunder lainnya.
Salah satunya Alvesius seorang anggota Polìcia National Timor Leste (PNTL) yang menyempatkan diri mengunjungi Pasar Perbatasan PLBN Motaain untuk berbelanja beberapa keperluannya.
Ia senang bisa berbelanja saat hari pasar tiba. Sebelum berbelanja, ia harus menukar uang dolar AS pada tempat penukaran uang yang ada di dalam PLBN Motaain karena harus menggunakan rupiah.
“Saya dapat berbelanja kebutuhan pangan dan lainnya di Pasar Indonesia dengan harga yang terjangkau, sebab pembayarannya menggunakan rupiah dan terlebih dahulu saya harus menukar dolar dengan rupiah, dan saya hanya mengeluarkan sebanyak Rp10 dolar AS yang setara dengan Rp140 ribu maka saya dapat membeli beberapa keperluan,” ungkap Alvesius.
Menurutnya, harga dolar AS tidak menentu yang berdampak pada nilai tukar rupiah sebab jika harga dolar AS menurun maka nilai rupiah juga menurun dan sebaliknya jika harga dolar AS meningkat maka nilai rupiah juga ikut meningkat.
“Kami masyarakat Timor Leste yang menggunakan mata uang dolar AS hanya bisa mengikuti perkembangan naik-turunnya harga dolar AS, namun demikian kami senang berbelanja di Pasar Indonesia,” ujar Alvesius.
Hal senada diungkapkan Octaviana C Sera, anggota PNTL lainnya. Octaviana mengaku kehadiran Pasar Perbatasan sebagai salah satu sarana untuk menjalin komunikasi dan mempererat kekerabatan antarwarga Negara Indonesia dengan Timor Leste yang berdomisi di perbatasan negara.
Selain itu, Pasar Indonesia juga menawarkan berbagai kebutuhan dengan harga murah dan terjangkau, maka tak heran banyak warga perbatasan yang berdomisili di sekitar Batugade, Bobonaro, dan sekitarnya akan memanfaatkan waktu untuk berbelanja di Pasar Perbatasan.
“Pasar Perbatasan memberikan manfaat besar bagi warga Timor Leste untuk semakin mempererat tali silaturahmi dengan warga Indonesia sekaligus dapat membeli berbagai kebutuhan pokok dengan harga murah dan terjangkau, serta beberapa barang lainnya yang harganya cukup mahal di Timor Leste,” ujar Octaviana.
Salah satu pedagang pasar perbatasan, Teresia Liuk, 54, warga Halibada, Desa Silawan, Kecamatan Tasifeto Timur mengatakan ia bersama belasan warga lainnya memanfaatkan pasar perbatasan untuk menjual hasil bumi untuk sekedar menyambung hidup keluarganya.
“Kami setiap minggu berjualan di sini dengan menjual hasil bumi yang bisa kami jual dengan mendapatkan penghasilan yang tidak seberapa untuk sekedar menyambung hidup,” ungkap Teresia.
Penghasilannya berjualan di pasar perbatasan juga tergantung dari barang bawaannya yang sedikit karena lapak sewaan yang cukup sempit dan mahal, sehingga dirinya harus pandai menata semua dagangan agar cukup muat pada lapak jualannya.
“Saya berjualan di atas lapak yang kecil berukuran 1,5×1 meter dengan harga sewa Rp5.000 per lapak, harga ini lebih mahal dari sebelumnya waktu masih berjualan di Tugu Seroja dengan harga sewa Rp2.000, sehingga barang bawaan saya juga terbatas sedangkan penghasilan tidak seberapa sebab kami juga selalu membawa pulang barang yang tidak terjual habis,” ujar Teresia.
Menurutnya, Pasar Perbatasan di wilayah Indonesia dilakukan setiap hari Selasa, sedangkan Pasar di batas Timor Leste pada Kamis, sehingga dirinya ia menyempatkan berkunjung ke Pasar Timor Leste.
“Selain berjualan di pasar Indonesia, kami juga menyempatkan diri untuk berkunjung ke Pasar Timor Leste pada setiap Kamis dan berbelanja barang yang tidak ada di Pasar Indonesia seperti beberapa produk impor,” jelas Teresia.
“Belanja di pasar Timor Leste selalu mengunakan dolar AS, namun apabila kami tidak punya dolar AS, maka kami dibolehkan membayar pakai rupiah dengan nilai barang setara harga dolar AS, artinya cukup mahal bagi kami, namun kami tidak mampu berbuat banyak,” pungkasnya. (victorynews)
More Stories
BPPD Kepri Dorong Konektivitas Serasan Sematan
Presiden Prabowo Disambut Hangat di Kupang
Menko Polkam: Teroris Bisa Kecoh Aparat Pakai AI