8 November 2024

batasnegeri.com

Membangun Indonesia dari Pinggiran

Mari Mengenal Tujuh Wilayah Adat di Papua

BatasNegeri – Papua akan dimekarkan sesuai dengan wilayah-wilayah adatnya. Presiden Joko Widodo (Jokowi) sudah setuju. Ada tujuh wilayah adat di Papua.

Dilansir situs Indonesia.go.id yang dikelola pemerintah, Rabu (29/10/2019), rencana pemekaran yang diungkapkan tokoh-tokoh Papua ke Presiden Jokowi pada 10 September lalu didasarkan atas tujuh wilayah adat.
Dilansir situs Badan Penghubung Daerah Provinsi Papua, 7 wilayah adat itu terdiri dari 5 wilayah adat di Provinsi Papua saat ini, dan 2 wilayah adat di Provinsi Papua Barat saat ini.

Wilayah-wilayah adat ini digunakan untuk mengelompokkan suku-suku di Papua, suatu fakta kebhinnekaan yang perlu dijaga. Sejak dahulu, orang asli Papua sudah mengenal batasan-batasan wilayah berdasarkan pembagian suku. Batasan-batasan pembagian suku ini diwariskan secara turun-temurun dari nenek moyang. Konsep pembagian suku didasarkan atas hubungan kekerabatan, perkawinan, hak ulayat, tipe kepemimpinan, ciri-ciri fisik, hingga geografis.

Pemerintah Belanda dan ilmuwan Barat kemudian membuat pemetaan konsep pembagian enam wilayah administrasi berdasarkan faka budaya itu. Hasilnya adalah ‘Pembagian 6 Wilayah Administratif oleh Pemerintah Belanda’, ‘Culture Provinsi oleh GJ Held’, ‘Wilayah Gaya Seni oleh Wingert, Rapl Linton, A Gerbrands dan S Koijman’. Konsep-konsep itu kemudian diadopsi dalam Pemetaan Suku Bangsa di Tanah Papua oleh Dewan Adat Papua (DAP), antropolog Universitas Cenderawasih, Summer Institute of Linguistic (SIL), dan Dinas Kebudayaan pada tahun 2008.

Simak rinciannya:

Tujuh wilayah adat itu terdiri dari lima wilayah adat di Provinis Papua, yakni Mamta, Saereri, Anim Ha, La Lago, dan Mee Pago. Dua wilayah adat di Papua Barat adalah Domberai dan Bomberai.

1. Mamta

Wilayah adat Mamta meliputi Ibu Kota Jayapura, Kabupaten Jayapura, Kabupaten Keerom, Kabupaten Sarmi dan Kabupaten Mamberamo Raya.

Salah satu ciri yang membedakan wilayah adat Mamta dengan wilayah adat yang lain yaitu pada sistem politik tradisional mereka seperti pada sistem kepemimpinan tradisional Ondoafi (kepala suku). Salah satu ciri utama dalam sistem ondoafi adalah pewarisan kepemimpinan ke anak laki-laki tertua.

Dalam wilayah adat Mamta, adat yang berkembang adalah adat Tabi, terdiri dari suku besar Sentani/Bhuyakha/La, Dafonsero Utara, Moi, Yokari, Jouwari, Oktim, dan Demutru.

2. Saereri

Wilayah adat Saereri ada di daerah utara, pesisir, dan pulau-pulau di sebelah utara Papua. Kabupaten yang termasuk di dalam wilayah ini adalah Kabupaten Biak Numfor, Supiori, Kepulaun Yapen dan Waropen.

Secara umum, suku yang hidup di kawasan ini adalah Suku Biak Numfor. Orang Biak dahulu menyembah dewa persatuan dan pujaan mereka yaitu ‘Manseren Koreri’ yang disebut ‘Manarmakeri’. Suku ini terkenal mahir melaut dan mencari ikan.
Anim Ha bermakna ‘manusia sejati’. Bumi Anim Ha meliputi Kabupaten Merauke, Boven Digoel, Asmat, dan Mappi. Marind Anim mendiami dataran luas di Papua Barat bagian selatan, mulai dari Selat Muli (Selat Marianne) sampai ke daerah perbatasan Indonesia dengan Papua Nugini.

3. Anim Ha

Adapun Suku Asmat dikenal dengan hasil ukiran kayunya yang unik. populasi Suku Asmat terbagi dua yaitu mereka yang tinggal di pesisir pantai dan mereka yang tinggal di bagian pedalaman. Kedua populasi ini saling berbeda satu sama lain dalam hal cara hidup, struktur sosial dan ritual. Selain Suku Marind Anim dan Asmat, masih banyak suku-suku asli di wilayah adat Anim Ha.

4. La Pago

Wilayah adat La Pago terdiri dari kabupaten-kabupaten yang ada di wilayah pegunungan tengah sisi timur, yaitu Kabupaten Jayawijaya, Pegunungan Bintang, Lanny Jaya, Tolikara, Nduga, Puncak Jaya, Yalimo, Yahukimo, Membramo Tengah dan Kabupaten Puncak. Puncak Cartensz Pyramid ada di wilayah adat ini.

Suku yang hidup di sini yakni Dani, Dem, Ndugwa, Ngalik, Ngalum, Nimbora, Pesekhem, Pyu, Una, Uria, Himanggona, Karfasia, Korapan, Kupel, Timorini, Wanam, Biksi, Momuna, Murop, Sela Sarmi. Di daerah wilayah ini masih banyak orang yang mengenakan “koteka” (penutup penis) yang terbuat dari kunden kuning dan para wanita menggunakan pakaian “wah” berasal dari rumput/serat dan tinggal di “honai-honai” (gubuk yang ber atapkan jerami/ilalang).

5. Mee Pago

Wilayah adat Mee Pago meliputi Kabupaten Dogiyai, Deiyai, Nabire, Intan Jaya, Paniai dan Mimika. Masyarakat yang hidup dalam wilayah suku Mee Pago hampir seluruhnya berasal dari suku yang sama, yaitu Suku Mee, yang mendiami dikawasan pegunungan tengah bagian barat.

Dalam hak adat-kepercayaan pra-Kristiani, Suku Mee mempercayai dunia mereka itu diciptakan oleh Ugatame. Dunia yang di ciptakan Ugatame ini terdiri dari 5 unsur, yakni roh, manusia, binatang, tumbuhan, dan benda benda tak berjiwa.

Dilansir dari LIPI, wilayah adat Domberai terletak di Papua sebelah barat laut, meliputi Manokwari, Bintuni, Babo, Wondama, Wasi, Sorong, Raja Ampat, Teminabuan, Inawatan, Ayamaru, Aifat, dan Aitinyo. Ada 52 suku yang hidup di sini.

6. Domberai

Dilansir dari LIPI, wilayah adat Domberai terletak di Papua sebelah barat laut, meliputi Manokwari, Bintuni, Babo, Wondama, Wasi, Sorong, Raja Ampat, Teminabuan, Inawatan, Ayamaru, Aifat, dan Aitinyo. Ada 52 suku yang hidup di sini.

7. Bomberai

Wilayah adat Bomberai ada di sebelah selatan Kepala Burung di Bumi Cenderawasih, atau Semenanjung Bomberai. Wilayah adat Bomberai membawahi 19 suku. Wilayah Bomberai meliputi Fakfak, Kaimana, Kokonao, Mimika. (detik)