4 Oktober 2024

batasnegeri.com

Membangun Indonesia dari Pinggiran

Lockdown Tidak Cocok Untuk Diterapkan di Indonesia

Desakan agar Pemerintah segera melakukan penguncian atau lockdown, nampaknya tidak akan pernah terjadi di Indonesia seperti halnya di negara lain. Alasanya, kebijakan yang paling pas saat ini, diterapkan di Indonesia adalah menjaga jarang aman.

Demikian hal itu disampaikan Presiden Jokowi saat mengawali rapat terbatas di Istana Negara, Selasa (24/3/2020). “Kebijakan lockdown tidak kita lakukan memiliki karakter budaya dan kedisiplinan yang berbeda-beda. Oleh sebab itu kita tidak memilih jalan itu (Lockdown),” kata Jokowi pada kesempatan tersebut.

“Di negara kita, memang yang paling pas adalah menjaga jarak aman (physical distancing), tetapi membutuhkan sebuah kedisiplinan dan ketegasan yang kuat. Kalau itu bisa kita lakukan, saya yakin bahwa kita akan bisa mencegah penyebaran Covid-19 ini,” tegasnya.

Selain itu, pada kesempatan tersebut, Jokowi juga meminta penanganan wabah Virus Korona (Covid-19) semuanya harus satu visi dan memiliki kebijakan yang sama. “Saya minta setiap kebijakan-kebijakan yang ada di provinsi semuanya dihitung baik dampak dari kesehatan dan keselamatan rakyat kita maupun dampak sosial ekonomi yang mengikutinya,” tuturnya.

Lebih lanjut Jokowi menyampaikan, bahwa berdasarkan laporan yang diterima dari Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di seluruh dunia dari Menteri luar Negeri hingga sampai saat ini Covid-19 telah menyebar di 189 negara. “Jadi 3 negara terbaru dalam 2 hari ini yang terkena adalah Suriah, Grenada, dan Mozambik,” kata Presiden ke-7 RI.

Hal ini, menurut Jokowi, menunjukkan bahwa Covid-19 ini betul-betul sebuah virus yang telah menjadi pandemi dan memang sangat sulit untuk dicegah, baik masuk ke sebuah negara atau provinsi, kabupaten, dan kota.

“Saya berikan contoh misalnya, sebuah provinsi atau sebuah kabupaten dan kota ingin membuat sebuah kebijakan sekolah diliburkan, kantor di tutup semuanya, kemudian tempat-tempat transaksi ekonomi misalnya pasar ditutup semuanya,” imbuh Presiden.

Pada kesempatan itu, Presiden meminta untuk betul-betul dihitung dan dikalkulasi dampak sosial ekonomi dan kesehatan yang ada. Ia menambahkan kalau ingin melakukan kebijakan setelah itu dilakukan agar betul-betul disiapkan.

“Sebagai contoh sebuah kota ingin melakukan itu hitung berapa orang yang menjadi tidak bekerja, hitung berapa pedagang asongan yang akan tidak bekerja, hitung berapa becak yang akan tidak bekerja, hitung berapa sopir yang akan tidak bekerja,” ujarnya.

Di dalam APBD, menurut Presiden, dukungan kepada sektor-sektor itu yang harus diberikan. “Bantuan sosial kepada mereka harus disiapkan, jangan kita hanya menutup tetapi tidak dibarengi dengan kebijakan bantuan sosial social safety net untuk mendukung kebijakan yang dibuat,” imbuhnya.[*]

indopolitika