7 Desember 2024

batasnegeri.com

Membangun Indonesia dari Pinggiran

Ancaman Covid-19 dari Persepsi Intelijen

Oleh : Prayitno Wongsodidjojo Ramelan*)

Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan Covid-19 Achmad Yurianto setiap hari mengumumkan jumlah kasus terinfeksi virus corona (Covid-19) yang terus bertambah, baik kasus positif, yang sembuh, maupun yang meninggal dunia. Per Rabu (15/4/2020), jumlah kasus positif Covid-19 tercatat mencapai 5.136, yang meninggal dunia 469 orang, dan yang sembuh 446 orang.

Situasi dan kondisi tersebut menunjukkan bahwa kita sedang berperang melawan musuh yang tidak terlihat, tapi mampu menginfiltrasi masyarakat. Dalam tempo sekitar 40 hari, di pihak kita sudah jatuh korban 469 orang meninggal.

Menurut terminologi intelijen militer, dalam peperangan, informasi yang harus kita kuasai adalah kekuatan, kemampuan, dan kerawanan baik lawan atau diri sendiri. Sun Tzu, ahli strategi perang (The Art of War) menyebutkan, “Ia yang mengenal pihak lain (musuh) dan mengenal dirinya sendiri, tidak akan dikalahkan dalam seratus pertempuran. Ia yang tidak mengenal pihak lain (musuh) tetapi mengenal dirinya sendiri, memiliki suatu peluang yang seimbang untuk menang atau kalah. Ia yang tidak mengenal pihak lain (musuh) dan dirinya sendiri cenderung kalah dalam setiap pertempuran.” Dengan demikian, untuk menang kita harus menguasai informasi intelijen.

Covid-19 dan Penyebarannya
Informasi yang sering diberitakan tentang Covid-19 umumnya tentang bahaya penularan, cara menghindari, serta tindakan preventif lainnya. Sementara informasi intelijen yang diberitakan adalah hasil kajian Badan Intelijen Negara (BIN) tentang perkiraan angka. Di antaranya, adanya perkiraan hingga akhir April yang terpapar akan mencapai 27.307 orang. Akan terjadi lonjakan drastis yang diprediksi mencapai 95.451 orang. Sementara itu untuk prediksi pada akhir Juni dan akhir Juli masing-masing diestimasi sebanyak 105.765 orang dan 106.287 orang yang terinfeksi.

Menyadari lambatnya uji Covid-19 yang mampu dilakukan oleh laboratorium yang ada di Tanah Air, BIN memberikan bantuan alat laboratorium biologi molekuler antara lain kepada Lembaga Biologi Molekuler (LBM) Eijkman untuk membantu penanganan virus corona. Setama BIN, Komjen Pol Bambang Sunarwibowo mengatakan, bantuan alat laboratorium itu diharapkan dapat meningkatkan kemampuan uji Covid-19 yang semula 180 spesimen per hari, bertambah menjadi 360 spesimen pasien per hari.

Sebenarnya kemampuan uji virus jelas banyak dikuasai oleh peneliti di sini. Namun, dalam perang besar ini, lebih baik bila badan-badan intelijen di Indonesia terlibat penuh, seperti CIA yang pernah memberikan early warning kepada Presiden Donald Trump.

Mengacu informasi intelijen strategis komponen sejarah dan pertahanan tentang penyebaran dan tipe Covid, diberitakan oleh Daily Mail. Metode yang digunakan untuk melacak migrasi prasejarah manusia purba diadaptasi untuk melacak penyebaran virus SARS-CoV-2, yang menyebabkan Covid-19.

Disebutkan bahwa peneliti dari Cambridge University memetakan sejarah genetik infeksi dari Desember hingga Maret, dan menemukan tiga varian yang berbeda, tetapi berkaitan erat.

Analisis strain menunjukkan tipe A –virus asli yang melompat ke manusia dari kelelawar melalui trenggiling– bukan yang paling umum di Tiongkok. Sebaliknya, ground-zero pandemi itu terutama ditabrak oleh tipe B, yang beredar sejak malam Natal.

Hasil penelitian menunjukkan tipe A adalah yang terbanyak ditemukan di Australia dan AS, tercatat lebih dari 400.000 kasus Covid-19. Dua pertiga sampel Amerika adalah tipe A, tetapi pasien yang terinfeksi sebagian besar berasal dari Pantai Barat, dan bukan New York.

Sementara para ilmuwan dari Icahn School of Medicine at Mount Sinai di New York, dan Grossman School of Medicine yang mempelajari DNA dari ribuan sampel pasien coronavirus, menyimpulkan bahwa para wisatawan pertama yang membawa virus ke New York berasal dari Eropa, bukan Asia. Tetapi mereka juga menemukan bahwa untaian virus yang tiba di negara bagian Washington berasal dari Tiongkok.

Dr Peter Forster dan timnya menemukan Inggris sebagian besar dibombardir dengan kasus tipe B, dengan tiga perempat sampel pengujian sebagai strain itu. Swiss, Jerman, Prancis, Belgia, dan Belanda, juga didominasi oleh tipe B. Variasi lain yang berbeda, tipe C, turun dari tipe B dan menyebar ke Eropa melalui Singapura.

Mengenali Musuh
Tipe A paling dekat dengan yang ditemukan pada kelelawar dan trenggiling dan memiliki dua sub-cluster. Satu sub-cluster yang terhubung dengan Wuhan dan yang lainnya adalah umum di AS dan Australia. Tipe B berasal dari tipe A dan telah menjadi yang paling lazim di Wuhan.

Data sekarang menunjukkan tipe B menyebar lebih merajalela. Para ilmuwan meyakini virus corona terus bermutasi untuk mengatasi resistensi sistem kekebalan pada populasi yang berbeda.

Kini pertanyaan intelijen, penelitian tersebut tidak menyebutkan virus tipe apa yang menyebar di Indonesia, apakah A, B, atau C? Kasus positif pertama di Indonesia ditemukan dari warga Jepang asal Malaysia. Apakah yg beredar di sini seperti type C seperti yang telah menyebar dari Singapura?

Oleh karena itu informasi tentang musuh harus dikuasai. Kini LBM Eijkman sudah didukung BIN sebagai intelijen negara, menemukan titik rawan dan kemampuan virus ini. Dengan demikian, antisipasi pemerintah akan sesuai dengan yang dibutuhkan.

Kalau musuh yang tidak kasat mata ini tidak kita kenali, bukan tidak mungkin dia akan merajalela dan efeknya akan mengimbas ke komponen intelijen strategis lainnya.[*]

*) Penulis Pengamat Intelijen

Beritasatu.com