16 Januari 2025

batasnegeri.com

Membangun Indonesia dari Pinggiran

Billy Mambrasar,Staf Khusus Presiden Jokowi dari Papua

Gracia Billy Yosaphat Y Mambrasar atau Billy Mambrasar, menjadi salah satu pemuda asal Serui, Kepulauan Yapen, Papua yang ditunjuk Presiden Joko Widodo untuk menjadi staf khususnya.

Billy Mambrasar ditunjuk Jokowi untuk menjadi staf khususnya jelang akhir 2019 lalu, saat usia Billy baru berusia 31 tahun.

Sebelumnya, Billy Mambrasar pernah menempuh pendidikan di Universitas Oxford Inggris. Ia dipanggil kembali ke Indonesia beberapa hari sebelum diumumkan menjadi staf khusus Presiden.

Melansir laman Antara, Billy Mambrasar merupakan pendiri ‘Yayasan Kitong Bisa‘, yakni yayasan yang fokus mengurusi pendidikan anak-anak di Papua. Yayasan itu didirikannya pada 2009 silam.

Melalui Kitong Bisa, Billy memberikan akses pendidikan untuk anak-anak tidak mampu, khususnya di Papua dan Papua Barat. Sejumlah pelatihan keterampilan juga diselenggarakan.

Billy mengatakan, ia tak pernah mengira akan menjadi staf khusus presiden. Saat dipanggil ke Tanah Air, ia baru saja mendarat di London untuk mengisi sejumlah acara di negara itu.

“Saya sempat mengira bahwa itu ‘prank’, ternyata benar. Negara memanggilku untuk kembali,” tulis Billy dalam akun Instagramnya.

Setelah ditunjuk menjadi staf khusus, Billy berkomitmen untuk membangun Indonesia dari Papua, bukan membangun Papua dari Indonesia. “Kami berkomitmen membantu Pak Presiden dan pemerintah untuk tidak bekerja layaknya rutinitas. Kami mencoba memunculkan nilai kekinian dan teknologi yang berbeda untuk membuat sistem pemerintahan yang lebih efektif dan efisien,” terang Billy.

Billy Mambrasar sekolah sambil berjualan kue Billy Mambrasar lahir dari keluarga yang sederhana. Ayahnya adalah seorang guru honorer dan ibunya berjualan kue untuk mencukupi kebutuhannya sehari-hari. Rumahnya saat itu belum dialiri listrik hingga Billy harus belajar menggunakan pelita dan lampu minyak.

“Subuh ibu bikin kue, paginya ibu pergi ke pasar jualan, kami ke sekolah sambil bawa kue untuk dijual,” ujar Billy.

Sebagai penjual kue, ia memiliki semangat pantang menyerah dalam menjual dagangannya. Pasalnya, jika kue tersebut tidak habis maka tidak bisa dijual kembali keesokan harinya. Sisa kue jualan itu, akhirnya dimakannya bersama saudaranya ketimbang basi.

Orang tuanya sempat menentang, Billy tidak mungkin bisa kuliah di luar Papua karena ketiadaan biaya. Namun semangatnya yang tinggi bisa mengatasi kendala tersebut.

“Karena saya penjual kue, saya terbiasa tidak mudah menyerah dan membulatkan tekad kuliah ke Jawa. Saya ingin kuliah di ITB, kampus teknik terbaik. Melihat tekad saya, orang tua kemudian berkeliling minta bantuan, mengetuk pintu dinas satu ke dinas lainnya untuk minta bantuan dana,” kenang Billy.

Billy akhirnya bisa mewujudkan niatnya kuliah di Fakultas Teknik Pertambangan dan Perminyakan ITB, hingga meraih gelar sarjana. Untuk biaya kuliahnya ia dapat dari beasiswa afirmasi dana otsus dari pemerintah daerah. Saat kuliah, ia kembali berjualan kue, mengamen, maupun menyanyi di kafe dan pernikahan untuk mendapatkan tambahan uang makan dan biaya hidup. Selesai kuliah sarjana, Billy mendapatkan pekerjaan di perusahaan minyak dan gas asal Inggris. Ia mendapatkan gaji fantastis di perusahaan itu.

Billy saat ini masih harus menyelesaikan tesis studi gelar Magister (MSc) dalam bidang bisnis di Universitas Oxford, Inggris. Gelar tersebut merupakan gelar keduanya, setelah menyelesaikan studi di Australian National University (ANU) dengan beasiswa dari Pemerintah Australia dan menjadi mahasiswa terbaik pada 2015. Sebelum ditunjuk menjadi staf khusus, Billy rencananya akan melanjutkan pendidikan doktoralnya dengan Beasiswa Afirmasi dari LPDP di Universitas Harvard, Amerika Serikat, dalam bidang pembangunan manusia.

Motivasinya mendirikan “Yayasan Kitong Bisa”, lantaran Billy melihat di sekelilingnya masih banyak anak-anak Papua yang kurang beruntung. Yayasan ini mengoperasikan sembilan pusat belajar, dengan 158 relawan dan 1.100 anak. Sekitar 20 di antara anak didiknya menempuh ilmu di sejumlah perguruan tinggi ternama dunia. Lainnya ada yang menjadi pengusaha dan juga bekerja di sejumlah perusahaan.

“Saya melihat kompleksitas pendidikan dan juga akses pendidikan masih menjadi kendala di Papua, oleh karenanya kami fokus dalam pembangunan SDM. Hal ini sesuai juga dengan komitmen Presiden Jokowi dalam membangun SDM,” terang dia.

Billy juga pernah diundang untuk magang oleh Pemerintah Amerika Serikat dan berbicara di State Department Amerika Serikat. Dalam kunjungan ke Gedung Putih, ia juga bertemu dengan Presiden Barack Obama. Pada 2017, ia ditunjuk sebagai utusan Indonesia yang berbicara tentang isu pendidikan di Kantor Pusat Perserikatan Bangsa-Bangsa di New York, Amerika Serikat.Saat ini, ia juga menjabat sebagai duta muda pembangunan berkelanjutan atau SDG’s asal Indonesia.[*]

tirto.id