21 September 2024

batasnegeri.com

Membangun Indonesia dari Pinggiran

SP/Ruht Semiono Panen Sayur - Petani memanen sayur di Tangerang, Banten (11/4/2020). Sejak adanya social distancing dan anjuran diam di rumah untuk mencegah penyebaran Covid-19, permintaan sayuran di pasar menjadi menurun. Penurunan permintaan dari bandar di pasar mencapai lebih dari 50% akibat pengurangan aktivitas masyarakat berbelanja ke pasar.

Kemtan: Produksi Pertanian Masih Mencukupi Kebutuhan Masyarakat

BatasNegeri – Dirjen Hortikultura Kementerian Pertanian (Kemtan), Prihasto Setyanto, menegaskan, produksi pertanian dan sayuran segar dalam negeri masih sangat mencukupi untuk memenuhi kebutuhan masyarakat, bahkan selama masa pandemi Covid-19 ini.

Beberapa jenis sayuran daun segar seperti selada, bayam, kangkung, kubis, hingga wortel produksi dalam negeri bahkan bisa ekspor karena pasokan dalam negeri melimpah.

“Dalam masa pandemi kita lihat sendiri, petani sampai kesulitan menjualnya karena produksi melimpah. Kami bantu petani memasarkan, bahkan kami bantu distribusinya,” jelas Prihasto dalam keterangan resminya, Senin (25/5/2020).

Menurut Prihasto, penguatan dan pemberdayaan produk pertanian lokal harus terus digenjot. Ia berharap adanya pandemi ini menjadi momentum untuk makin cinta produk petani Indonesia. Kekayaan ragam buah dan sayuran lokal lebih sehat, dan menolong petani sendiri.

“Kalau ada pengamat yang cerita impor sayuran kita meningkat di tahun 2019, dari data BPS bisa di-kroscek, impor tersebut adalah terbesar bawang putih dan kentang industri. Komoditas ini masuk dalam kelompok aneka sayuran. Nyatanya kita masih butuh pasokan besar memang,” tambahnya.

Bawang putih volumenya mencapai 38,62% dari total nilai impor seluruh jenis sayuran, disusul kentang olahan industri, bawang bombay dan cabai kering.

Pasokan dalam negeri saat ini belum mencukupi kebutuhan masyarakat, karena bawang putih tumbuh optimal di daerah sub tropis seperti Tiongkok. Produksi bawang putih nasional meskipun naik dari 49.000 ton menjadi 88.000 ton, jumlahnya masih belum dapat memenuhi kebutuhan nasional yang mencapai 580 ribu ton per tahun.

“Begitu pula kentang industri, yang berbeda dengan jenis kentang sayur (granola). Jenis Granola kita malah sudah bisa ekspor. Jadi impor sayuran hanya pada komoditas sayur yang produksi kita masih rendah,” katanya.

Ekspor Tumbuh Positif

Kepala Biro Humas dan Informasi Publik Kementan, Kuntoro Boga Andri menegaskan kondisi neraca perdagangan pertanian saat ini masih positif bila berbasis data Badan Pusat Statistik.

“Perdagangan internasional adalah hal yang wajar, karena tiap negara punya keunggulan komparatif dan kondisi agroekologi wilayah dan iklim yang spesifik. Yang harus kita jaga adalah neraca dagannya menguntungkan bagi kita,” papar Kuntoro.

Neraca perdagangan komoditas pertanian dengan Tiongkok tahun 2019, bila melihat nilainya, Indonesia ekspor senilai US$3,89 miliar dan impor senilai US$ 2,02 Milliar, sehingga di tahun 2019 Indonesia surplus senilai US$ 1,87 miliar dari Tiongkok. Sementara di periode Januari-Maret 2020, Indonesia sudah surplus US$ 164 Juta dari Tiongkok untuk komoditas pertanian.

“Untuk volumenya, tahun 2019 sebesar 5,762,987 ton, naik 49.86% dibanding 2018. Khusus sektor hortikultura pun neracanya tumbuh positif hingga 8,25%,” jelas Kuntoro.

Menurutnya, hasil tersebut adalah dampak positif penguatan produksi dalam negeri dan membuka akses pasar ekspor yang dilakukan pemerintah. Produksi aneka sayuran 2019 mencapai 13,4 juta ton atau naik 2,67% dari sebelumnya.

“Kami sepakat bila inovasi dan upaya pemenuhan kebutuhan nasional, penting dilakukan simultan. Pemerintah terus memacu sentra-sentra produksi baru berbasis keunggulan wilayah, agar produk pertanian mampu berkembang, menguntungkan petani dan memenuhi sendiri kebutuhan nasional, serta mengurangi ketergantungan impor, ” tegas Kuntoro. (BERITASATU)