BatasNegeri – Bangsa Indonesia baru saja memperingati Hari Kelahiran (Harlah) Pancasila pada Senin, 1 Juni 2020. Momentum peringatan tahun ini berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya. Tahun ini, peringatan Harlah Pancasila dilakukan dalam suasana pandemi Covid-19 (virus corona). Sekadar informasi, sejak Keputusan Presiden Nomor 24 Tahun 2016 tentang Hari Lahir Pancasila diterbitkan, Peringatan Hari lahir Pancasila telah dilakukan tiga kali.
Tahun ini, Harlah Pancasila diperingati dengan membatasi jumlah peserta upacara, serta mengikuti ketetapan protokol kesehatan yang sudah ditetapkan pemerintah. Peringatan Harlah Pancasila Tahun 2020, juga dilakukan dengan kegiatan donor darah pejabat dan pegawai di lingkungan Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP).
Ini merupakan salah satu perwujudan Pancasila dalam tindakan. BPIP bekerja sama dengan Palang Merah Indonesia (PMI) menyumbangkan darah kepada mereka yang membutuhkan.
Pancasila dalam tindakan melalui gotong royong telah dipraktikkan masyarakat selama pandemi Covid-19 melanda Indonesia. Gotong royong sesama anak bangsa inilah yang menjadi modal kita menghadapi pandemi. Gotong royong ini pula yang bisa menjadi modal utama mewujudkan kemandirian bangsa Indonesia di tengah pandemi Covid-19. Pancasila sebagai ideologi negara, tidak hanya menyatukan kemajemukan etnis, budaya, dan agama, tetapi juga menjadi modal bangsa untuk saling bergotong royong guna menghadapi masalah pandemi Covid-19 bersama-sama.
Gerakan gotong royong lahir dari roh Pancasila, yang selanjutnya akan menggerakkan solidaritas sosial. Bangsa Indonesia memiliki modal sosial dan budaya sangat kuat untuk menggerakkan kesadaran bersama. Gerakan merupakan wujud dari aktualisasi nilai-nilai gotong royong, terpatri dalam sanubari bangsa ini. Dibutuhkan kreativitas dan solidaritas sosial yang didukung oleh peran media sosial dan network untuk membantu sesama. Modal inilah yang sebenarnya dimiliki bangsa Indonesia yang seharusnya menjadi energi positif dalam menghadapi segala permasalahan yang sedang terjadi.
Di tengah krisis kesehatan, ancaman krisis ekonomi dan pangan (setelah imbauan dari FAO/Food and Agriculture Organization) yang melanda dunia, mungkin akan sulit bagi kita mengimpor dari negara lain untuk memenuhi kebutuhan pangan dalam negeri. Kondisi ini bisa dijadikan momentum untuk mewujudkan kemandirian produksi pangan dalam negeri. Namun, dalam mewujudkan itu dibutuhkan tindakan nyata melalui gotong royong. Gotong royong antara pemerintah dengan masyarakat, dan sesama masyarakat. Pemerintah membantu dengan tindakan menyediakan kebutuhan bagi petani, peternak, nelayan dan mereka yang bergerak di sektor produksi pangan dalam hal akses permodalan serta fasilitas penunjang.
Sesama masyarakat bergotong royong untuk membeli produk pangan lokal. Bagi masyarakat yang mungkin memiliki lahan yang cukup, bisa bercocok tanam bahan makanan yang tidak terlalu rumit dibudidayakan. Mereka yang berkelebihan, bisa membantu yang kekurangan seperti yang sudah dilakukan oleh sebagian masyarakat. Bantuan sosial yang disalurkan melalui pemerintah, mungkin bahan makanan pokoknya seperti beras, bisa dibeli dari produsen lokal yang gabahnya dibeli dari petani.
Selain pangan, kemandirian yang juga bisa mulai dibangun adalah di bidang kesehatan. Hampir semua negara melakukan penelitian besar-besaran untuk menemukan vaksin dan obat bagi penderita Covid-19. Indonesia juga telah melakukan hal yang sama. Mungkin inilah saatnya Pancasila dalam tindakan dilakukan dalam hal mendukung riset yang dilakukan oleh ilmuwan Indonesia. Inovasi dan daya cipta anak bangsa, harus didukung dalam tindakan nyata, melalui dukungan dana dan fasilitas riset yang memadai. Dengan demikian, ilmuwan bidang kesehatan di Indonesia bisa mengembangkan inovasinya untuk menemukan alat kesehatan, vaksin, dan obat-obatan untuk mengatasi Covid-19.
Kepercayaan Diri
Kemandirian ini yang kemudian bisa menambah posisi kepercayaan diri bangsa Indonesia dalam pergaulan internasional. Kemandirian jangan diartikan sempit dengan tindakan mengisolasi diri. Sebaliknya, kemandirian merupakan upaya untuk membangun kepercayaan diri bangsa dalam pergaulan internasional setara dengan bangsa-bangsa lainnya di dunia. Dalam upaya mewujudkan kemandirian, tentunya kita memerlukan gotong royong dengan bangsa dan negara lain dalam posisi yang setara.
Gotong royong dalam posisi yang setara, membuka peluang bagi kita untuk mempelajari teknologi yang dikembangkan negara lain dalam menghadapi Covid-19, misalnya, atau bidang lainnya. Setelah mempelajari teknologi ataupun rekayasa sosial, kita bisa mengadopsi dan menyesuaikan dengan kondisi dan situasi yang ada di Indonesia. Tidak ada salahnya belajar dari bangsa lain, tetapi kita perlu memodifikasi dan menyesuaikan dengan yang dibutuhkan masyarakat Indonesia.
Menghadapi atau berdamai dengan pandemi Covid-19, diperlukan tindakan nyata melalui gotong royong antara pemerintah dan masyarakat. Pemerintah berupaya merumuskan kebijakan yang terbaik bagi masyarakat, masyarakat saling bahu membahu mengikuti kebijakan yang ditetapkan untuk kebaikan bersama. Pemerintah berupaya dengan sekuat tenaga menyediakan bantuan sosial bagi yang membutuhkan dan berhak menerima, masyarakat mengawasi penyalurannya.
Kita bangsa petarung, jangan menyerah menghadapi ataupun harus hidup berdampingan dengan Covid-19. Melalui gotong royong antara pemerintah dan rakyat yang dilandasi Pancasila, Indonesia bisa! (BERITASATU)
More Stories
Pembangunan PLBN Menjadi Pusat Pertumbuhan Ekonomi Baru
Tantangan Geopolitik Indonesia bagi Presiden Terpilih Prabowo Subianto
Daerah Perbatasan sebagai Beranda Rumah Bangsa, Cegah Ketimpangan dan Bangunkan Potensinya!