14 Januari 2025

batasnegeri.com

Membangun Indonesia dari Pinggiran

Petugas mengoperasikan alat tes Polymerase Chain Reaction (PCR) di Klinik Kesehatan milik Dinas Kesehatan Provinsi Kepualauan Bangka Belitung di Pangkal Pinang, Rabu (22/4/2020). Pengoperasian alat PCR yang dapat memeriksa 1.000 sampel tersebut, diharapkan dapat lebih cepat mengetahui hasil pemeriksaan pasien yang diduga terinfeksi virus corona atau COVID-19 di Provinsi Kepulauanterhadap Bangka Belitung. ANTARA FOTO/Anindira Kintara/Lmo/foc.

Jokowi Setujui Penggunaan Lab Avian Flu Burung Sebagai Pabrik PCR

BatasNegeri – Menteri Koordinator bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy mengatakan Presiden Joko Widodo (Jokowi) telah menyetujui gedung Laboratorium Avian Flu Burung di Bandung dijadikan pabrik produksi alat tes polymerase chain reaction (PCR).

“Beliau sangat mendukung. Salah satu sarana yang akan kita gunakan itu adalah gedung yang dulu akan digunakan untuk laboratorium vaksin flu burung, produksi flu burung itu, nanti akan kita ubah menjadi gedung bangunan untuk memproduksi PCR. Bapak Presiden sudah menyetujui,” kata Muhadjir Effendy seusai rapat terbatas intern dengan Presiden Jokowi di Kompleks Istana Kepresidenan Jakarta, Senin (22/6/2020).

Untuk itu, lanjutnya, akan segera diadakan koordinasi antara Kementerian BUMN yang membawahi PT Bio Farma dengan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) dan Kementerian Kesehatan.

“Kenapa Kementerian PUPR terlibat, karena kemarin waktu saya berkunjung ke Bio Farma, nanti Bio Farma yang akan menyiapkan desainnya, desain konstruksi untuk produksi PCR. Kemudian untuk rekonstruksi gedung itu, akan kita minta bantuan ke Pak Menteri PU PR, biar cepat lah itu,” jelas Muhadjir Effendy.

Lebih lanjut, Muhadjir Effendy menjelaskan perlu adanya koordinasi dengan Kementerian Kesehatan untuk menentukan alat tes PCR yang cocok dilapangan dan lebih sederhana lagi.

“Dengan Menteri Kesehatan tentu saja untuk bagaimana supaya PCR itu bisa diproduksi dalam negeri. Sehingga kita tidak perlu tergantung dengan impor. Apalagi kalau terlalu banyak jenis PCR Kit. Itu sering tidak kompatible dengan reagen ekstrasinya. Jadi mereknya beda, bisa tidak cocok dengan reagen. Nanti ini bisa kita sederhanakan. Nanti lebih mudah untuk operasional sisi lapangan. Dan beliau sudah menyetujui, kita tinggal menindaklanjuti saja,” jelas Muhadjir Effendy. (beritasatu)