BatasNegeri – Menjelang siang, para nelayan masih asik menebar benih kerang di tambak yang sudah sekian kali dipanen. Panas dan keringat yang mengalir di kening tak menghentikan semangat mereka untuk menyelesaikan proses penebaran benih. Senyum syukur mereka seolah membandingkan kondisi sekarang ketimbang beberapa tahun lalu.
Kala itu langit terik, di atas perahu kecil dan sedikit gelombang air, ada yang mengingat lagi masa-masa sulit terdahulu. Salah seorang nelayan yang kerap dipanggil Pak Kumaidi (42) itu telah melalui banyak pasang surut kehidupan.
Warga Desa Bedono, Kecamatan Sayung, Kabupaten Demak, Provinsi Jawa Tengah itu harus menjalani hidup dengan penuh keterbatasan. Ayah dari 2 orang putri yang masih duduk di bangku sekolah membuat ia terus menguras tenaga untuk menghidupi kebutuhan sehari-hari keluarganya. Ia yang dulu hanya bekerja sebagai buruh serabutan kerap tidak mampu memberikan uang saku untuk anak-anaknya ketika berangkat ke sekolah.
Tidak hanya Kumaidi, permasalahan ekonomi memang kerap menjadi musuh terdekat bagi mayoritas masyarakat Desa Bedono. Sampai pada 2018, Kumaidi bersama masyarakat lainnya mulai bergabung dalam program pemberdayaan mustahik yang digalangkan oleh Zakat Community Development (ZCD) Badan Amil Zakat Nasional (Baznas). Berdasarkan keterangan tertulis dari Baznas kepada Republika, Kumaidi bergabung dalam kelompok Budidaya Kerang dan Rumput Laut, serta diamanahkan menjadi ketua kelompok tersebut.
Semasa awal program berjalan, Kumaidi dan para anggota kelompok masyarakat Desa Bedono, diberikan bekal pelatihan dan pendampingan pengelolaan kerang dara dan hijau hingga cukup matang. Program tersebut dilanjutkan dengan diberikannya modal dan bibit untuk dikelola bersama. Merasakan proses yang cukup panjang dan tidak mudah, Kumaidi menjadikan hal tersebut tidak hanya untuk semangat dalam memperbaiki kehidupan ekonomi keluarganya. Dia berkesempatan memperbaiki masalah perekonomian masyarakat dan desanya.
Hari-hari berlalu seiring berjalannya program yang dikepalai Kumaidi. Melalui pola pikirnya yang cukup visioner, dan pendampingan yang matang bersama ZCD Baznas, ia dan anggota yang lainnya memanfaatkan lahan tidur yang dimiliki desa untuk budi daya kerang sebagai salah satu sumber peningkatan ekonomi.
Selama menjadi ketua kelompok, Kumaidi merasakan betul perkembangan program dan SDM dari kelompoknya. Dia merasakan keberhasilan kelompok dalam menjalankan program yang disertai tumbuhnya hubungan kekerabatan yang kuat. Selain itu, kini dalam mengambil keputusan, budaya musyawarah mufakat pun menjadi kunci yang diberlakukan.
Dari segi keagamaan, kelompok dan masyarakat Desa Bedono yang perekonomiannya mulai stabil dan membaik,tergerak untuk berbagi. Lewat Unit Pengumpul Zakat (UPZ), mereka membantu fakir miskin khususnya anak yatim dan janda sepuh di desa. Kumaidi sadar bahwa hal tersebut semakin meningkatkan kepekaan masyarakat dalam bersimpati kepada yang lebih membutuhkan. Tidak jarang, apabila salah satu anggota kelompok sedang terkena musibah sakit, mereka akan membesuk bersama dengan anggaran yang terkadang berasal dari iuran atau menggunakan kas kelompok secara sukarela.
Tak terbayang, sudah beberapa tahun yang lalu kenangan pahit Kumaidi dan masyarakat Desa Bedono kian terkikis. Program yang digarap dengan tekun dan semangat oleh kelompok, kini berjalan semakin membaik dan menghasilkan. Meskipun tak banyak, kini dua putri Kumaidi bisa mengantongi uang saku saat pergi ke sekolah. Selain menjadi ketua kelompok, Kumaidi sedikit demi sedikit merintis percetakan kecil-kecilan di rumahnya, serta diamanahkan juga menjadi Kepala Dusun.
Lewat pelatihan dan pendampingan dalam program ZCD Baznas, kini Kumaidi dan masyarakat Desa Bedono dapat kembali tersenyum.[*]
Republika.co.id
More Stories
Iwan Riswanto, Dedikasi Insinyur Kehutanan Penjaga Perbatasan hingga “Advisor” Fasilitas Kepabeanan
Andre Kabagaimu dari Wamena, Danton Pasukan 17 Paskibraka 2024, Suaranya Menggema di IKN
Jangan Tanyakan Lagi Nasionalisme Abisai Rollo, Anak Port Numbay ‘NKRI Sampai Mati’