BatasNegeri – Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat atau PUPR, mencatatkan jalan paralel perbatasan Indonesia-Malaysia di Kalimantan Barat telah teraspal sepanjang 318,89 km atau 39,3% dari total 811,32 km.
Jalan paralel perbatasan di Kalimantan Barat tersebut terbagi menjadi dua, yakni jalan non-nasional sepanjang 607,81 km, dan jalan nasional 203,51 km. Hingga Juli 2020, jalan paralel tersebut telah tembus seluruhnya dari Temajok hingga batas Provinsi Kalimantan Barat/Kalimantan Timur.
Menteri PUPR Basuki Hadimuljono menjelaskan pembangunan jalan tersebut bernilai strategis karena selain fungsi pertahanan dan keamanan negara, juga sekaligus membuka dan menumbuhkan ekonomi kawasan perbatasan.
“Pembangunan kawasan perbatasan bukan hanya untuk gagah-gagahan tetapi untuk memenuhi kebutuhan masyarakat perbatasan dengan menciptakan embrio pusat pertumbuhan baru di kawasan perbatasan,” kata Menteri Basuki melalui keterangan yang diterima di Jakarta, Rabu (29/7).
Sepanjang 2020, Kementerian PUPR melalui Ditjen Bina Marga telah merealokasi pagu anggaran yang tersedia sebesar Rp247 miliar. Ditujukan bagi pembangunan Ruas Aruk-Batas Kecamatan Siding/Seluas dengan panjang 6,8 km, Ruas Temajuk-Nanga Badau serta Nanga Era-Batas Kaltim sepanjang 471 km.
Selain itu juga realokasi tersebut digunakan bagi pembangunan tiga jembatan, yakni di Ruas Jalan Batas Kecamatan Siding/Seluas-Batas Kecamatan Sekayan/Entikong sepanjang 300 m, Jembatan Ruas Jalan Entikong-Rasau-Badau sepanjang 859 m, serta Jembatan Ruas Jalan Nanga Era-Batas Kaltim yang membentang 390 m.
Kepala Balai Pelaksanaan Jalan Nasional atau BPJN Kalimantan Barat, Herlan Hutagaol menuturkan seluruh ruas masih berupa hutan dari Temajok-Aruk-Badau-Putusibau-Naga Era-Batas Kaltim yang telah dibuka oleh Zeni TNI Angkatan Darat.
“Tetapi masih terdapat badan jalan di beberapa ruas yang sudah dibuka TNI masih belum memenuhi syarat grade, sehingga memerlukan perbaikan alignment, baik vertikal maupun horizontal. Jadi secara bertahap akan kita perbaiki sesuai ketentuan maksimal kelandaian untuk jalan nasional,” jelas Herlan.
Selain memerlukan peningkatan kualitas jalan, Herlan mengatakan saat ini terdapat sebanyak 21 jembatan bentang dengan kisaran panjang 20 meter-80 meter yang totalnya 845 meter belum ditangani. Total kebutuhan biayanya mencapai Rp303,4 miliar.
“Tahun 2024 diprediksi semuanya sudah rampung dan dapat digunakan oleh masyarakat dengan lancar,” imbuh Herlan.
Secara keseluruhan, kebutuhan anggaran untuk proses pengaspalan dan perbaikan geometrik jalan paralel perbatasan Kalbar sebesar Rp3,5 triliun hingga akhir 2024, termasuk untuk pembangunan jembatan.
Sementara untuk penuntasan aspal ruas Nanga Era-Batas Kaltim hingga akhir 2026 memerlukan biaya mencapai Rp4,5 triliun. Pasalnya, Herlan menjelaskan bahwa saat ini sudah ada pergerakan menuju tempat wisata di Temajok. Tak hanya warga Indonesia yang ke Malaysia, sebaliknya pun demikian.
“Dulu warga Indonesia di perbatasan biasanya berhari – hari jalan kaki dan naik motor belanja ke wilayah Malaysia, sekarang sudah belanja ke ibu kota kecamatan atau desa terdekat karena sudah banyak toko,” tandasnya. (validnews)
More Stories
BPPD Kepri Dorong Konektivitas Serasan Sematan
Presiden Prabowo Disambut Hangat di Kupang
Menko Polkam: Teroris Bisa Kecoh Aparat Pakai AI