20 September 2024

batasnegeri.com

Membangun Indonesia dari Pinggiran

Dinamika Keagamaaan di Perbatasan Berkaitan dengan Kebangsaan

BatasNegeri – Kawasan perbatasan dipandang sebagai daerah dengan nasionalisme dan semangat kebangsaan masyarakat karena faktor sosial, budaya, politik ekonomi dan keagamaan. Dinamika keagamaan pada masyarakat perbatasan ada kaitannya dengan dinamika kebangsaan.

Untuk mengetahui dinamika kebangsaan dan dinamika keagamaan pada masyarakat di suatu kawasan perbatasan, Balitbang Kementerian Agama Republik Indonesia, melakukan penelitian di lokasi perbatasan yaitu di Kecamatan Sebatik Tengah Kabupaten Nunukan Provinsi Kalimantan Utara yang berbatasan dengan Malaysia dan Distrik Muara Tami Kota Jayapura Provinsi Papua yang berbatasan dengan Papua Nugini.

Metode penelitian kualitatif dengan teknik analisis data deskriptif-kritis. Tujuan penelitian tersebut diturunkan menjadi 3 masalah penelitian, yaitu; gambaran kondisi geo-demografis perbatasan, dinamika kebangsaan pada masyarakat perbatasan dan relasi sumber daya keagamaan yang berkembang dengan paham kebangsaan masyarakat.

Perbatasan dalam penelitian ini merujuk pada Pada pasal 1 angka 6 UU Nomor 43 Tahun 2008 tentang Wilayah Negara. 

Temuan

Geografis wilayah tapal batas di kedua lokasi memungkinkan penduduk kedua negara untuk saling melintas batas-batas administratif kedua negara.

Perbedaan lalu-lintas masyarakat diantara kedua Negara. Masyarakat Indonesia di Sebatik Tengah mengalami ketergantungan ekonomi dalam hal pasokan bahan pokok dari Malaysia. 

Sebaliknya di Papua, masyarakat Papua Nugini lah yang mengalami ketergantungan pasokan bahan pokok dari Indonesia.

Demografis kedua wilayah perbatasan didominasi oleh penduduk pendatang, wilayah Sebatik Tengah pendatang yang dominan berasal dari etnik Bugis dan di Muara Tami pendatang berasal dari Jawa.

Semangat kebangsaan masyarakat Indonesia di perbatasan kedua Negara cukup tinggi ditunjukkan dengan antusiasme pada peringatan hari kemerdekaan dan penghormatan yang tinggi terhadap simbol-simbol negara. 

Tingginya semangat kebangsaan masyarakat diperkuat melalui peran-peran sumber daya sosial, politik maupun kultural yang terus berupaya menanamkan semangat nasionalisme serta cinta tanah air kepada masyarakat perbatasan.

Identitas kewarganegaraan ganda

Meski demikian, semangat kebangsaan pada masyarakat masih menuai beberapa masalah. Di Sebatik Tengah semangat kebangsaan masyarakat berhadapan dengan masalah adanya masyarakat yang memiliki identitas kewarganegaraan ganda, penggunaan mata uang ringgit yang lebih dominan, ketergantungan pada produk Malaysia serta sekian lamanya perhatian pemerintah begitu minim bagi pembangunan dan kesejahteraan masyarakat diperbatasan. 

Gerakan separatisme

Sedangkan di Muara Tami, semangat kebangsaan masyarakat berhadapan dengan masalah gerakan separatisme Organisasi Papua Merdeka (OPM) dan adanya kesenjangan ekonomi antara Orang Asli Papua (OAP) dan pendatang.

Kehadiran fisik pemerintah dalam bentuk pelayanan publik pada masyarakat perbatasan masih perlu ditingkatkan.

Kehidupan antar beragama rukun

Umat Islam menjadi agama mayoritas di kedua wilayah perbatasan dengan karakteristik keislaman tradisional yang masih kental dengan kultur keislaman yang berasal dari Sulawesi maupun Jawa.

Kehidupan antarumat beragama berjalan cukup rukun, hanya saja untuk kasus Muara Tami kerukunan antarumat beragama sedikit terusik dengan kehadiran Laskar Jihad pimpnan Jafar UmarThalib serta keberadaan Hizbut Tahrir Indonesia (HTI). 

Sumber daya keagamaan cenderung bergerak secara kultural dalam menguatkan semangat kebangsaan pada masyarakat perbatasan melalui penanaman tradisi keagamaan yang mencirikan identitas keindonesiaan.

Filterisasi paham radikalisme

Kerja-kerja yang bersifat struktural dilakukan melalui kementerian agama terutama penyuluh agama masih cukup minim.

Kementerian agama berperan memfilter pengaruh paham radikalisme agama yang berpotensi menggerus semangat kebangsaan dengan memfilter khatib yang berceramah di masjid.

Masjid dan gereja belum dimanfaatkan secara optimal sebagai media penguatan semangat kebangsaan masyarakat. 

Kelompok masyarakat non pemerintahan melakukan kerja-kerja penguatan semangat kebangsaan melalui pendidikan dan pembinaan keagamaan yang berorientasi untuk memfilter pengaruh paham radikalisme agama dan menguatkan rasa cinta tanah air.

Kerja-kerja tersebut diwujudkan melalui madrasah atau pesantren dan kegiatan keagamaan.

Rekomendasi

Oleh karena itu, dari penelitian ini, Balitbang Kementerian Agama RI, memiliki sejumlah rekomendasi agar semangat kebangsaan pada masyarakat di kawasan perbatasan terus ada.

Pertama, perlu adanya kehadiran pemerintah pusat dan daerah dalam bentuk program penguatan kebangsaan melalui peningkatan kesejahteraan dan pelayanan publik.

Kedua, kepada Kementerian Agama cq Dirjen Bimas Islam, Kristen dan Katolik untuk memasukkan materi pembinaan kebangsaan pada maeri penyuluhan agama oleh penyuluh kementerian agama.

Ketiga, pemerintah daerah maupun pusat dan Kementerian Agama melakukan program untuk penguatan lembaga maupun organisasi keagamaan baik lokal maupun nasional yang berhaluan nasionalis.

Keempat, penguatan dan dukungan baik oleh pemerintah daerah dan pusat serta kementerian agama bagi sumber daya keagamaan yang giat melakukan pembinaan kebangsaan di perbatasan.

Kelima, kepada kementerian agama untuk melakukan program penguatan peran masjid dan gereja dalam meningkatkan wawasan dan semangat kebangsaan masyarakat melalui pintu agama. (tibunnews)