BatasNegeri – Indonesia memiliki empat daerah perbatasan dengan Republik Demokratik Timor Leste (RDTL). Negara itu secara resmi merdeka pada 20 Mei 2002, setelah referendum yang diselenggarakan pada 30 Agustus 1999. Hasilnya ketika itu, 78,5 persen rakyat memilih memisahkan diri dari pangkuan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Sejak menjadi sebuah negara merdeka, empat wilayah Indonesia yang terletak di bagian barat Pulau Timor, yakni Kabupaten Belu, Malaka, Timor Tengah Utara dan Kabupaten Kupang secara otomatis menjadi wilayah perbatasan darat dengan Timor Leste, selain perbatasan laut dengan Australia.
Dalam hubungan dengan itu, sejak tahun 2014 Pemerintah Indonesia melalui TNI mulai menempatkan satuan-satuan tugas pengamanan perbatasan (satgas pamtas) untuk menjaga keamanan di sepanjang wilayah perbatasan kedua negara. Satgas Pamtas RI-RDTL pertama yang ditugaskan menjaga keamanan di sepanjang wilayah perbatasan RI-RDTL berasal dari satuan Batalion Infanteri (Yonif) 312.
Pada 2021 ini, Pemerintah Indonesia menempatkan dua satuan tugas di wilayah perbatasan, yakni Satgas Pamtas RI-RDTL Sektor Timur Yonif 742/SWY dan Satgas Pamtas RI-RDTL Sektor Barat Yonarmed 6/3 Kostrad. Prada Budi, Prajurit dari Suku Anak Dalam Jambi Mengajar di Perbatasan RI-RDTL.
Satgas Pamtas RI-RDTL Sektor Timur Yonif 742/SWY dikomandani Letnal Kolonel Inf Bayu Sigit Dwi Untoro dengan 400 personel prajurit tersebar pada 20 pos penjagaan di wilayah perbatasan Kabupaten Belu sepanjang 128,8 km.
Sementara Satgas Pamtas RI-RDTL Sektor Barat Yonarmed 6/3 Kostrad dikomandani Letnan Kolonel Arm Andang Radianto dengan jumlah personel pendukung sebanyak 400 orang. Para personel TNI ini menempati 21 pos penjagaan, tersebar pada tiga kabupaten, yakni Kupang, Malaka dan Timor Tengah Utara (TTU) dengan panjang garis perbatasan yang diawasi sekitar 147 km.
Tugas pokok Satgas Pamtas RI-RDTL selama 9 bulan atau 270 hari yakni menegakkan kedaulatan negara di daerah perbatasan, mempertahankan keutuhan wilayah NKRI yang berdasarkan Pancasila dan UUD Negara Republik tahun 1945.
“Selain itu, harus melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia dari ancaman dan gangguan. Dalam rangka membantu tugas Kolakops Korem 161/Wira Sakti,” kata Perwira Penerangan Satgas Yonarmed 6/3 Kostrad Letda Arm Panji Putra Bagaskara, Rabu (5/10/2021).
Segala Medan Tugas pokok satgas pamtas ini kemudian dijabarkan dalam bentuk mencegah pelanggaran hukum di wilayah perbatasan, mencegah pasar gelap dan penyelundupan, melaksanakan giat pembinaan teritorial melalui anjangsana, karya bakti, tenaga pendidik dan sosialisasi patok batas negara.
Bukan masalah
Satgas Pamtas Yonarmed 6/3 Kostrad memiliki 21 pos tempur yang membentang dari daerah Oepoli di Kabupaten Kupang, Timor Tengah Utara sampai dengan Malaka di daerah Ailala. Tiap-tiap pos memiliki kendala masing-masing. Ada pos yang memiliki kendala listrik, air, hingga bangunan pos yang rusak.
Namun hal tersebut tidak menjadi kendala bagi prajurit Satgas Yonarmed 6/3 Kostrad. Meski masih ada 7 pos, yakni Pos Manamas, Pos Nelu, Pos Oelbinose, Pos Naekake, Pos Oepoli Pantai, Pos Haslot, dan Pos Fatuha yang belum ada aliran listrik PLN, namun prajurit penjaga pos berupaya menggunakan solar cell. Danpos Oelbinose Serka Lazalia menuturkan, meskipun pos penjagaan belum dialirkan listrik dari PLN, kami berusaha dengan menggunakan sumber listrik yang ada yaitu solar cell.
“Solar cell memang tidak bisa digunakan 24 jam, tetapi karena hubungan dengan masyarakat di sekitar pos yang sangat baik sehingga apabila kami sewaktu-waktu membutuhkan listrik dari rumah warga, mereka bersedia membantu,” katanya.
Ada pula pos-pos yang masih memiliki kendala sumber air, yakni Pos Kalan, Pos Napan, Pos Oelbinose, Pos Naekake, Pos Haslot, Pos Fatuha dan Pos Ailala.
Ada beberapa pos yang tidak memiliki sumber air, belum adanya mesin pompa air, maupun sudah menggunakan pipa, tetapi kondisi pipa sering rusak akibat terlindas kendaraan ataupun hewan ternak. Karena itu, pos-pos melaksanakan upaya dengan mengambil air bersih secara manual di tempat sumber air terdekat di dekat pos ataupun membeli air bersih.
Danpos Ailala Letda Arm Ananda mengungkapkan, kondisi kesulitan air di Pos Ailala sudah terjadi sejak pos ini dibangun, tetapi tidak menjadi kendala bagi prajurit untuk beraktivitas.
“Kami dapat mengambil air dari sumber air yang dekat, kurang lebih jarak 500 meter dari pos, sehingga kondisi kekurangan air tidak menjadikan alasan bagi kami untuk berbuat yang terbaik bagi daerah ini,” kata Letda Arm Ananda.
Banyak Sukanya
Komandan Satgas Pamtas RI-RDTL Sektor Timur Yonif 742/SWY Letnan Kolonel Inf Bayu Sigit Dwi Untoro mengatakan lebih banyak sukanya ketimbang dukanya selama menjalankan tugas sebagai penjaga keamanan di wilayah perbatasan negara RI-RDTL.
“Sebenarnya lebih banyak sukanya daripada dukanya sih, selama bertugas di garis depan. Kalau sukanya kami merasa benar–benar menjadi seorang tentara yaitu dengan kami menjalankan tugas,” katanya.
Di sinilah sebenarnya tugas pokok seorang prajurit TNI dalam menjaga NKRI tetap berdiri tegak, kokoh, NKRI harga mati. Di sinilah tugas kami sebenarnya, katanya lagi.
“Ini kebanggaan kami dan sukanya kami. Kemudian kami banyak mengembangkan segala inovasi yang tadinya kami tidak tahu bagaimana cara kami berkomunikasi dengan masyarakat, dan bagaimana kami yang bukan sedarah tapi kami bisa diterima. Di sini pola pikir kami akan berkembang,” katanya.
Menurut dia, setelah diterima oleh masyarakat dan melihat kondisi kehidupan masyarakat, setiap prajurit mulai merasa tergerak untuk berpikir apa yang harus dilakukan untuk membantu masyarakat.
“Jadi setelah kami mencoba mendekat, kami menyelami ternyata ada beberapa hal yang bagaimana ini kami harus membantu mereka. Ini yang mungkin sukanya kami. Jadi pola pikir kami berkembang,” katanya.
Karena itu, apabila mampu untuk memberikan sesuatu kepada masyarakat, itu merupakan hal yang paling sangat luar biasa bagi seorang prajurit. Kalau dukanya memang terutama pandemi Covid-19 ini, karena harus meninggalkan keluarga dan tidak boleh kembali selama bertugas, kecuali istri atau anak mengalami sakit keras.
“Saya sendiri mengalami satu keluarga positif Covid-19, bahkan yang membantu di rumah meninggal dunia. Itu dukanya karena kami tidak bisa menjenguk, kami tidak bisa melihat, kami tidak bisa menjaga,” ucapnya.
Kemudian ada beberapa prajuritnya yang kehilangan orang tua karena pandemi Covid-19. Namun, dia melihat semangat morilnya seluruh anggota sampai dengan hari ini, sepertinya tidak punya duka. Mereka dengan senang dan semangat tetap melakukan kegiatan-kegiatan patroli maupun kegiatan sosial kemasyarakatan.
Contohnya mereka melakukan kegiatan operasi untuk menangkap kegiatan ilegal, dan di akhir masa purna tugas ini mereka masih mau patroli mengecek lagi patok jangan sampai nanti serah terima tidak sesuai dengan kenyataannya. Selain kegiatan anjangsana, masih banyak lagi yang dilakukan oleh para prajurit di perbatasan RI-RDTL.
“Dari situ saya melihat bahwa prajurit saya ternyata masih semangat. Jadi kalau melihat dukanya sebenarnya sangat sedikit,” kata Kolonel Inf Bayu Sigit Dwi Untoro.[*]
Antaranews
More Stories
Mengenal Siwabessy, Bapak Atom Indonesia dari Maluku
YARA Sebut Tidak Ada Referensi Apapun Terkait Perbatasan Aceh 1 Juli 1956
Pembangunan IKN, Simbol Pengembangan Diri dan Persiapan SDM