BatasNegeri – Valerie Janeth Theresa (18) tak menyangka bisa lolos Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri jalur undangan. Dengan menyertakan berkas nilai dan berbagai prestasi lain, ia dinyatakan diterima di Jurusan Fisika Medis dan Biofisika Universitas Indonesia pada 2020.
Keturunan Dayak Lundayeh itu saat ini masih menjalani perkuliahan daring dari rumah di Long Bawan, pusat pemerintahan Kecamatan Krayan, Kabupaten Nunukan, Kalimantan Utara. Di wilayah yang masih sulit mengakses internet itu, Janeth merasa banyak dibantu oleh guru di SMA untuk mendaftar ke perguruan tinggi.
Semula, gurunya menganjurkan Janeth untuk ikut SNMPTN jalur undangan. Sebab, gurunya menilai ia punya nilai yang mumpuni. Janeth ragu apakah mungkin ia bisa lolos ke UI, salah satu universitas terkemuka di negeri ini. Dengan melihat potensi dan pencapaiannya selama sekolah, gurunya yakin Janeth bisa.
Ia menjadi mantap untuk mencoba. Para guru juga memberi arahan apa yang perlu disiapkan untuk mengikuti seleksi jalur undangan tersebut. ”Peran guru besar banget, mulai dari pendaftaran, scan rapor, sampai membimbing. Waktu itu yang mendaftarkan guru, mereka yang mengarahkan saya kalau pilih ke sini apa yang perlu dilakukan,” katanya saat ditemui Sabtu (27/11/2021).
Kabar putrinya diterima di UI membuat ayah Janeth, Lastilo (47), turut semringah. Ia hanya punya impian anaknya bisa melanjutkan kuliah, tidak mematok universitas tertentu, negeri atau swasta.
”Kami tidak mengharuskan perguruan tinggi negeri. Apalagi sekelas UI, tidak pernah terpikir,” ujar Lastilo.
Valerie Janeth Theresa (18) berfoto bersama ayahnya, Lastilo (47) di rumahnya di Desa Long Bawan, Kecamatan Krayan, Kabupaten Nunukan, Kalimantan Utara, Sabtu (27/11/2021). Janeth adalah lulusan SMAN 1 Krayan tahun 2020 yang lolos seleksi SNMPTN jalur undangan di Jurusan Fisika Medis dan Biofisika Universitas Indonesia.
Di masa-masa pendaftaran perguruan tinggi, sejumlah guru SMA di Krayan merelakan waktunya secara cuma-cuma untuk mendampingi siswa di depan layar komputer. Salah satunya Wakil Ketua Kurikulum SMAN 1 Krayan Yohanes Tandi Aman (36). Di saat-saat seperti itu, ia dan sejumlah guru bahkan merelakan banyak waktu untuk hal tersebut di luar jam sekolah.
Sejumlah siswa yang memiliki nilai dan prestasi menonjol seperti Janeth dianjurkan mendaftar SNMPTN jalur undangan, jalur penerimaan mahasiswa baru dengan menunjukkan nilai dan prestasi lainnya.
Oleh karena sebagian besar wilayah Krayan tak ada jaringan internet, sejumlah siswa diminta datang ke sekolah untuk mendaftar ke perguruan tinggi dengan jaringan Very Small Aperture Terminal (VSAT) melalui komputer sekolah.
Jaringan VSAT tak selalu mulus. Saat instalasi awal, bantuan dari pemerintah itu disebut berkecepatan 3 Mbps. Namun, dalam praktiknya, kecepatan internet hanya 1 Mbps. Saat cuaca buruk, jangan harap bisa menonton video di Youtube, mengunjungi sebuah laman saja menunggunya setengah mati.
”Kami bisa sampai malam di ruang komputer untuk bantu melengkapi dan upload berkas-berkas pendaftaran. Orangtua siswa sudah paham dan percaya kalau anak-anak di sekolah sampai malam untuk urusan itu,” ujar Yohanes.
Wakil Ketua Kurikulum SMAN 1 Krayan Yohanes Tandi Aman (36) berfoto di lapangan sekolah berlatar pegunungan di Kecamatan Krayan, Kabupaten Nunukan, Kalimantan Utara, Kamis (25/11/2021).
Yohanes dan koleganya juga memberi informasi terkait beasiswa apa saja yang tersedia di perguruan tinggi. Salah satunya, yang sering ia perkenalkan adalah beasiswa Bidikmisi, beasiswa penuh yang disediakan bagi keluarga kurang mampu dan siswa berprestasi.
Sejumlah siswa yang tinggal jauh dari pusat kecamatan sulit mendapat jaringan internet yang baik. Agar mereka memahami informasi seputar beasiswa, Yohanes mengumpulkan sejumlah informasi tentang beasiswa dan perguruan tinggi dari internet, kemudian mencetaknya.
Selain itu, ia kerap mengunduh video seputar universitas. Informasi-informasi itu ia bagikan kepada siswa saat pembelajaran tatap muka.
Para guru juga membuka diri dan menyediakan waktu di luar jam sekolah untuk konsultasi. Sejumlah siswa yang berkeinginan kuat melanjutkan studi ke perguruan tinggi, tetapi berpeluang kecil di SNMPTN undangan, diarahkan oleh para guru untuk mengikuti ujian mandiri.
Kenapa tidak mengikuti ujian Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN) terlebih dahulu? Siswa di Krayan kesulitan mengikuti SBMPTN yang mana seluruh lokasi ujiannya berada di luar Krayan. Sebab, biasanya jadwal ujian SBMPTN berdekatan dengan waktu ujian akhir sekolah.
Permasalahannya ada pada transportasi. Dari dan menuju Krayan hanya bisa diakses melalui pesawat perintis yang jumlahnya terbatas dan harus memesan tiket jauh-jauh hari.
”Kalau SBMPTN hanya beberapa orang yang kebagian pesawat. Maka, siswa lain saya arahkan untuk ikut ujian mandiri,” katanya.
Para guru SMAN 1 Krayan berdiskusi di salah satu ruang kelas di Desa Long Bawan, Kecamatan Krayan, Kabupaten Nunukan, Kalimantan Utara, Kamis (25/11/2021).
Menumpang internet
Bantuan jaringan VSAT baru tersedia pada 2015. Sebelum itu, para guru seperti Yohanes membantu siswa mendaftar dan mencari tahu informasi seputar perguruan tinggi dengan menumpang internet milik kantor PLN di Krayan. Itu dilakukan di luar jam sekolah. Para guru tak berharap uang lembur.
Dengan keterbatasan dan perjuangan itu, sejumlah siswa bisa lolos seleksi perguruan tinggi, berkuliah, hingga mendapat beasiswa. Salah satunya adalah Lio Bijumes yang saat ini melanjutkan studi master di Yogyakarta. Oleh karena memiliki keterikatan dengan SMA, pria yang juga menulis sejumlah buku itu kerap mengirimkan buku-buku ke SMAN 1 Krayan.
Saat ini, meski beberapa kantor desa sudah memiliki jaringan internet gratis, tak semua siswa SMA mahir mengoperasikan komputer. John Carles, guru komputer SMAN 1 Krayan, masih menjumpai siswa yang belum mengerti cara menyalakan komputer. Sebab, siswa tersebut berasal dari daerah yang jauh dari pusat kecamatan.
Di pedalaman Krayan, hanya sedikit orang yang memiliki komputer atau laptop. Hal itu semakin parah karena selama pandemi pembelajaran tatap muka nyaris tak ada. Selama dua bulan terakhir, tatap muka di SMAN 1 Krayan baru dimulai. Ia menyilakan para siswa yang ingin praktik komputer di luar jam mata pelajaran untuk mengatasi ketertinggalan.
Setidaknya kemampuan komputer dasar perlu dikuasai siswa. Sebab, sejumlah tes masuk perguruan tinggi menggunakan tes berbasis komputer, salah satunya UTBK (ujian tulis berbasis komputer). Saat jam kelas kosong, sejumlah siswa kerap datang ke ruang komputer untuk praktik bersama John.
”Setiap ada luang waktu, kapan pun anak-anaknya mau, kita praktik langsung. Kalau kita hanya pakai teori, beberapa dari mereka tidak punya barangnya di rumah juga kan,” kata John.
Upaya sukarela para guru itu berbuah hasil manis. Siswa lulusan tahun 2020 SMA 1 Krayan berjumlah 109 siswa. Dari jumlah tersebut, sekitar 70 persen melanjutkan ke perguruan tinggi di Samarinda, Tarakan, Depok, Yogyakarta, hingga Aceh. Ternyata, hal itu turut memotivasi para adik kelas.
Chandra Prananda Putra dan Adline Librainzo, siswa kelas III SMAN 1 Krayan, berpose di salah satu sudut sekolah di Kecamatan Krayan, Kabupaten Nunukan, Kalimantan Utara, Kamis (25/11/2021).
Salah satunya Chandra Prananda Putra, siswa kelas III SMAN 1 Krayan. Ia berencana melanjutkan ke Politeknik Negeri Kesehatan di Samarinda. Kesehatan adalah bidang yang ia minati dan ia tertarik untuk memperdalamnya di kampus.
”Biasanya saya mencari informasi universitas dan materi tambahan untuk persiapan tes di internet. Di kantor desa dan SMP dekat rumah ada akses internet gratis. Setiap hari saya luangkan untuk internetan,” kata siswa 17 tahun itu.
Sejumlah siswa yang orangtuanya berkecukupan memasang WiFi berbasis satelit di rumah. Itu dimanfaatkan Adline Librainzo (17) untuk mencari informasi seputar sekolah kedinasan. ”Saya berencana mendaftar ke Institut Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN). Saya sudah pesan buku latihan tesnya juga,” katanya.
Di dataran tinggi Krayan, yang saat ini hanya bisa dijangkau melalui jalur udara dan jumlah penerbangannya terbatas itu, para guru meretas batas. Mereka selalu hadir terlebih dahulu sebelum bantuan-bantuan pemerintah datang. Dan, mereka melakukannya sukarela, tanpa dihitung jam lembur dan tak berharap dihitung sebagai prestasi kerja. (kompas)
More Stories
Personel Yonkav 12/BC Bantu Masyarakat Cor Jalan Di Perbatasan RI-Malaysia
TNI-POLRI Kerjasama Susun Kajian Pertahanan Perbatasan Negara dalam Mendukung IKN
Presiden Jokowi Buka dan Hadiri Nusantara TNI Fun Run di IKN