18 Januari 2025

batasnegeri.com

Membangun Indonesia dari Pinggiran

Semangat Petani Milenial dari Perbatasan Indonesia-RDTL

BatasNegeri – Kementerian Pertanian ( Kementan) menetapkan pembangunan wilayah perbatasan sebagai salah satu agenda prioritas kebijakannya. Salah satu sektor yang menjadi fokus pembangunan di wilayah perbatasan adalah sektor pertanian.

Sektor ini dinilai dapat menghasilkan nilai tambah tinggi. Untuk itu, langkah-langkah terobosan dilakukan pemerintah agar sektor pertanian bisa turut mendongkrak pertumbuhan ekonomi di wilayah perbatasan.

Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo menyatakan bahwa SDM, termasuk petani milenial, merupakan tulang punggung pertanian di masa depan.

“Bertani itu keren, bertani bukanlah profesi yang suram, justru bertani bisa mengantarkan seseorang kepada kesuksesan,” ungkap Mentan Syahrul.

Hal senada diungkapkan pula oleh Kepala BPPSDMP, Dedi Nursyamsi.

“Jika ingin kaya, maka jadilah petani yang berjiwa kewirausahaan, profesional dan penuh semangat,” tegas Dedi.

Semangat bertani tersebut dimiliki oleh Dominggus Franklin, petani milenial asal Kabupaten Atambua, atau wilayah perbatasan Indonesia dengan Timor Leste.

Berawal dari membantu orangtuanya yang juga seorang petani, Dominggus akhirnya memilih melanjutkan usaha di bidang pertanian alih-alih mencari kerja keluar kota.

Dominggus menggeluti usaha pertanian sejak duduk di bangku SMP pada 2010 hingga sekarang.

Ia sendiri yakin pertanian dapat memberikan penghasilan yang luar biasa, hal itu terbukti dari bagaimana pertanian berhasil mengantarkannya menjadi seorang sarjana.

Selain itu ia yakin bahwa kebutuhan pangannya sendiri akan tercukupi dengan bertani, mengingat banyak tanaman yang bisa dikembangkan di kebun.

Dominggus melaksanakan budidaya pertanian komoditas jagung, cabai, hingga kacang hijau di lahan seluas 6 hektar. Penanaman itu ia lakukan sepanjang tahun, berganti-ganti komoditas sesuai dengan musim.

Tiap bulannya Dominggus bisa mendapat keuntungan lebih dari Rp5 juta. Ia juga tergabung dalam kelompok tani “Mai Ona” dan bekerjasama dengan CV Mai Ona Jaya.

Ketika ditanya, kendala yang ia hadapi selama ini, menurutnya yang paling utama adalah harga komoditas yang tidak tetap.

“Harapan kami Kementerian Pertanian dan dinas-dinas terkait dapat membantu para petani yang ada di perbatasan Indonesia-Timor Leste ini, sehingga kami dapat terus berkembang,” tutur Dominggus. (tribunnews)