BatasNegeri – Nusantara kaya akan karya budaya, salah satunya Riau. Sebanyak lima budaya dari provinsi ini ditetapkan sebagai Warisan Budaya Takbenda Indonesia 2021.
Karya budaya dari Riau ini didominasi dengan adat istiadat masyarakat, ritus, dan perayaan-perayaan. Berikut adalah 5 karya warisan budaya tak benda asal Provinsi Riau yaitu Mandi Shafar Rupat Utara, Lampu Colok Bengkalis, Atib Koambai, Syair Antau Kopa, dan Makan Bejambau, yang dihimpun BatasNegeri dari berbagai sumber.
1. Mandi Shafar Rupat Utara
Tradisi mandi safar merupakan tradisi warga di Pesisir Pantai Tanjung Punak dan Teluk Rhu, Kecamatan Rupat Utara , Kabupaten Bengkalis.

Tradisi ini merupakan tradisi mendoa bersama agar terhindar dari malapetaka atau tolak bala masyarakat setempat.
Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olahraga (Disbudparpora) Bengkalis menjadikan tradisi ini sebagai event wisata tahunan di Bengkalis sejak beberapa tahun ini.
2. Lampu Colok Bengkalis
Dahulu lampu colok sebagai sarana penerang jalan bagi warga Bengkalis, Riau yang ingin membayar zakat fitrah setiap malam 27 Ramadan ke rumah masyarakat atau pak lebai karena jalan diselimuti semak. Lampu colok terbuat dari bambu yang saat itu disebut obor.

Seiring perkembangan tradisi, lampu colok tak sebatas penerang jalan. Kini, lampu colok dibuat beragam model kreatif yang mengundang perhatian masyarakat dan berbentuk seperti miniatus masjid, lafaz Allah, ayat suci Al-Qur’an dan lainnya.
Ada nilai dan makna mendalam dari tradisi lampu colok, yakni semangat gotong royong. Baik yang generasi tua dan muda bergotong royong untuk membuat lampu colok tegak berdiri.
3. Syair Antau Kopa
Dikutip dari Lembaga Adat Melayu Riau, warga Pasir Pengaraian menyebut syair ini logu ilie borakik (lagu hilir berakit). Sebagian orang hilir Sungai Rokan menyebutnya logu tolak tigo (lagu talak tiga) karena syair lagu Antaukopa ini digunakan untuk memikat perempuan di kampung-kampung sehingga banyak juga rumah tangga yang hancur berantakan karena sebab syair lagu Antaukopa.
Lagu tersebut juga dikenal dengan nama lagu tapah kudong Kualoayong sebab ada syair lagu yang menyebutkan tapah kudong Kualoayong, tapah yang dimaksud di sini adalah orang yang berkuasa menawan hati para perempuan dan gadis-gadis di kampung-kampung dan rantau-rantau.
4. Atib Koambai
Atib Koambai merupakan ritual menolak bala yang memiliki sejarah tersendiri bagi masyarakat Kubu di Kecamatan Kubu dan Kecamatan Kubu Babussalam, Kabupaaten Rokan Hilir.

Dahulu, tradisi ini dilakukan oleh warga karena adanya wabah penyakit kolera yang belum diketahui obatnya. Masyarakat setempat menyebut kolera dengan sebutan penyakit Ta’un. Penyakit ini sangat menakutkan bagi masyarakat setempat sebab sangat mudah mewabah dan dianggap sangat membahayakan. Karena itu, masyarakat melakukan ritual ini, agar wabah penyakit yang menakutkan itu, dijauhkan dari mereka.
5. Makan Bajambau
Tradisi ini ditemukan di Desa Koto Perambahan, Kecamatan Kampa, Kabupaten Kampar, Provinsi Riau, untuk menyambut Bulan Suci Ramadhan. Kegiatan ini dilakukan tiga hari menjelang puasa. “Makan Bajambau” artinya warga makan bersama-sama yang dihidangkan oleh para kaum hawa di desa itu.
Hampir setiap tahun menjelang Ramadhan, tradisi ini selalu diadakan atau sudah menjadi turun temurun. Tujuannya adalah mempererat hubungan silaturrahim antar warga sekaligus menyantuni anak yatim.[*]
More Stories
Pembukaan Kongres Masyarakat Adat Nusantara ke-6 di Sentani Papua Berlangsung Meriah
Pentas Seni Warga NTT Warnai HUT ke 23 Kabupaten Nunukan
Maniu Riwwu, Ritual Adat Orang Talaud untuk Menghindari Malapetaka