BatasNegeri – Terisolir dan terpencil itulah defenisi yang tepat untuk Sungkung, salah satu rumpun suku dayak Bidayuh yang terletak di kecamatan Siding Kabupaten Bengkayang Provinsi Kalimantan Barat.
Untuk mencapai daerah tersebut sobat semua harus melewati Pegunungan dan Hutan Tua serta menghabiskan waktu kurang lebih 12 Jam lamanya.
Susahnya akses jalan ke lokasi tersebut tidak memudarkan semangat tim KJBN (Komunitas Jaga Batas Negara), MPPI (Masyarakat Peduli Perbatasan Indonesia) dan Pemuda Pemudi Sungkung untuk melakukan Sosialisasi antisipasi Covid-19.
Di sana MPPI bersama dengan tim lainnya melakukan bakti sosial dengan membagikan Masker, Vitamin dan menyerahkan peralatan Olahraga kepada Warga Masyarakat Sungkung di lapangan Volli dusun Senebeh I Desa Sungkung I.
”Kami datang ke Sungkung untuk menjalin Silaturahmi dengan warga masyarakat, Tokoh Adat, Tokoh Masyarakat Sungkung agar dapat melihat secara langsung bagaimana kehidupan teman-teman disini, meskipun dalam kondisi terisolir dari dunia luar namun semangat Kebangsaan tak pernah luput dari setiap jiwa masyarakat, ini yang membuat kami Kagum”, Ujar M. Ahmat selaku ketua tim.
Kehadiran MPPI dan timnya di Sungkung mendapat apresiasi positif dari warga setempat. Koyos salah seorang Tokoh Muda di Sungkung misalnya merasa senang atas kunjungan tersebut.
”Saya mewakili Pemuda-Pemudi di Sungkung ini sangat senang dengan kehadiran teman-teman, walau medan sangat berat mereka mau hadir disini, melihat kehidupan kami, ini lah kami orang-orang perbatasan yang sangat mencintai Negara Indonesia, kami setia sampai akhir hayat walaupun perhatian pemerintah disini kami rasa sangat kurang”, ujar Koyos.
Kepada MPPI Koyos menyampaikan harapan dan kerinduan mereka untuk menikmati akses jalan yang bagus dan layak sehingga memudahkan mereka beraktifitas.
“Kami mendambakan jalan yang layak dilalui motor saja, agar harga barang tidak menjadi mahal, sekarang harga sekeping paracetamol saja bisa sampai Rp. 20.000, semen harganya Rp. 350.000 – Rp. 400.000 tergantung mereknya, kami untuk mengeluarkan sahang/lada harus pakai ojek motor perkilo ongkosnya Rp. 6.000″.
Pak Bales selaku Kepala adat setempat mengharapkan agar MPPI rutin melakukan kegiatan di wilayahnya.
”Selamat datang kawan-kawan di Sungkung, jangan lupa ya setiap bulan enam kami mengadakan acara adat Nyobeng sebagai ungkapan syukur kami kepada Tuhan yang telah memberi kami hidup dan kehidupan, harus datang kembali kesini ya, ajak teman ramai-ramai“, ujar Bales.
More Stories
Unika Soegijapranata Semarang Dukung Pengembangan Desa Adat di Maluku Tengah
Kemenlu Benarkan Indonesia-Singapura Ajukan Perubahan Batas Ruang Udara FIR ke ICAO
Menparekraf Kembangkan Pariwisata di Perbatasan Indonesia-Papua Nugini