20 September 2024

batasnegeri.com

Membangun Indonesia dari Pinggiran

Presiden Timor Leste, Ramos Horta

Ramos Horta Puji Jokowi, Kenapa Pemimpin Timor Leste Dekat dengan RI?

BatasNegeri – Presiden Timor Leste Jose Ramos Horta sempat memuji Presiden Indonesia Joko Widodo (Jokowi) saat pidato di Sidang Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada pekan lalu.

Dalam pidato itu, Horta menyampaikan terima kasih ke Jokowi atas keketuaan Indonesia di ASEAN yang berhasil membuat road map untuk Timor Leste. Peta jalan itu menjadi panduan Timor Leste sebelum menjadi anggota penuh di blok ini.

Kedekatan pemimpin Timor Leste dan Indonesia juga terlihat saat Perdana Menteri Xanana Gusmao hadir di konferensi tingkat tinggi (KTT) ASEAN ke-43 di Jakarta pada awal September.

Di sini, Xanana tampak akrab dengan Jokowi. Dia juga tampak berjoget asyik saat gelaran makan malam saat pertemuan puncak itu.

Dua kejadian itu mengindikasikan pemimpin Timor Leste dekat dengan Indonesia, mengapa demikian?

Pengamat hubungan internasional dari Universitas Airlangga, Radityo Dharmaputra, menilai kedekatan itu terjadi karena Indonesia membantu Timor Leste setelah merdeka.

“Karena memang sejak awal, Indonesia membantu rekonstruksi Timor Leste pasca kemerdekaan mereka. Begitu juga karena secara sejarah, kita memiliki hubungan, walaupun ada sejarah buruk juga,” kata Radityo kepada CNNIndonesia.com, Selasa (26/9/2023).

Timor Leste pernah menjadi bagian dari Indonesia pada 1976. Kemudian pada 1999, rakyat memilih untuk referendum. Tiga tahun setelahnya, Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengakui kedaulatan dan kemerdekaan wilayah ini.

Sejarah yang bertautan

Pengamat dari Pusat Studi Strategis dan Internasional (CSIC), Waffaa Kharisma, juga punya penilaian serupa. Ia memandang Indonesia dan Timor Leste karena terpaut sejarah, kedekatan geografis, budaya, hingga nilai yang sama.

“Sekarang jadi dua negara yang nilai dan prinsipnya sama, demokrasi dan pertumbuhan,” kata Waffaa.

Bagi Indonesia yang menganut kebijakan bebas aktif, merangkul negara-negara tetangga menjadi salah satu prioritas, apalagi negara yang memiliki kesamaan nilai dan prinsip.

Lebih lanjut Waffaa menerangkan, langkah itu penting di tengah tantangan yang beragam dan meningkat terkait paradigma dan ide-ide kebijakan luar negeri Indonesia di kawasan.

“Buat saya, Indonesia secara prinsip semakin kesepian di kawasan. Ketika bicara demokrasi di ASEAN, terpentok rasa tidak enak dengan negara-negara lain yang merasa demokrasi itu produk Barat,” ungkap dia.

Waffaa mengungkapkan saat bicara inklusivitas, RI terpentok negara-negara yang sedang saling ribut di Laut China Selatan (LCS), saat bicara pertumbuhan ada negara-negara besar yang bicara “tak semua growth itu baik.” Dengan demikian, merangkul Timor Leste menjadi opsi menambah kekuatan RI saat bicara masalah regional.

Hubungan RI-Timor Leste Belum Harmonis?
Pengamat hubungan internasional lain dari Universitas Muhammadiyah Riau Fahmi Salsabilla punya pandangan berbeda. Ia menganggap hubungan Timor Leste dan Indonesia tak begitu harmonis.

“Tidak serta merta hubungan harmonis kepala negara mencerminkan hubungan yang sama dalam hubungan kedua negara. Apalagi setelah referendum,” ungkap dia.

Lebih lanjut, Fahmi mengatakan pasca Timor Leste referendum dapat memicu wilayah lain untuk melepaskan diri, lalu muncul masalah perselisihan perbatasan, hingga soal ganti rugi pembangunan

Namun, Fahmi juga mengatakan citra baik yang selama ini ditampilkan harus dijaga, selama tak ada tidak ada konflik militer seperti Rusia dan Ukraina.[*]

cnnindonesia.com