8 November 2024

batasnegeri.com

Membangun Indonesia dari Pinggiran

Cerita Kurir JNE Tahuna di Perbatasan Indonesia – Filipina

BatasNegeri – Mengantarkan paket ke para pelanggan JNE di pulau terluar dengan area antaran meliputi kawasan perkampungan, pegunungan hingga pulau-pulau kecil yang ada di sekitarnya menjadi tantangan tersendiri. Hal inilah yang dialami oleh Ramengsili Welong, kurir motor JNE Cabang Kepulauan Tahuna yang berbatasan langsung dengan Filipina.

Tahuna merupakan ibukota dari Kabupaten Kepulauan Sangihe, Provinsi Sulawesi Utara. Kepulauan Sangihe berada di bibir Samudera Pasifik, di antara Pulau Sulawesi dan Pulau Mindanao, Filipina. Di Tahuna sendiri ada kantor cabang JNE di bawah operasional JNE Cabang Utama Manado.

Dalam kiprahnya JNE Tahuna memproses barang-barang outbound dan juga inbound, di mana setiap hari ada beberapa orang kurir yang melakukan proses delivery paket kepada para pelanggan.

Salah satunya adalah Ramengsili Welong dengan area delivery meliputi Kecamatan Tamako dan sebagian wilayah di Kecamatan Mangani Selatan, di mana sebagain para customer tinggal di perkampungan dan Pulau Mahuma.

“Saya bangga dan senang menjadi kurir JNE meskipun setiap hari terkadang naik ke puncak gunung, ke luar masuk kampung-kampung terpencil dengan kondisi jalan berbatu dan tanah merah sehingga apabila hujan turun kondisinya cukup licin,” ujar Ramengsili, saat berbincang dengan JNEWS, Rabu (24/7/2024) pagi saat dirinya sedang bersiap delivery paket.

Meski area delivery meliputi kawasan pegunungan hingga ke tepian pantai, Ksatria yang merupakan asli warga Kepulauan Tahuna ini mengaku bersyukur sejak tahun 2013 dirinya sudah menjadi kurir JNE belum pernah mengalami kejadian buruk. Malah sebaliknya merasa bangga karena para customer salalu memberikan apresiasi atas layanan JNE yang cepat dan tepat waktu walaupun di pelosok terpencil.

“Saat JNE pertama kali ada di Tahuna banyak warga yang ragu dengan JNE, tetapi sekarang dengan layanan JNE yang cepat dan tepat waktu mereka memberikan apresiasi, sehinga JNE menjadi pilihan utama  masyarakat di sini dalam hal pengantaran barang,” ucap Ramengsili dengan nada bangga.

Menurutnya, meski banyak pelanggan JNE yang tinggal di perkampungan dan pulau kecil, namun mereka sudah melek IT, di mana mereka sudah terbiasa belanja online bahkan belanja dengan sistem COD.

“Kalau bicara tantangan, memang karena disebabkan faktor alam, juga terkadang datang dari  customer itu sendiri, misalnya pada belanja sistem COD, barang tidak sesuai dengan pesanan dan lain sebagainya. Kemudian yang disalahkan kurir. Untuk hal itu saya selalu memberikan edukasi dengan sopan santun dan senyuman, sehingga pada akhirnya mereka pun memahaminya,” jelasnya.

Terkait delivery ke Pulau  Mahumu, di mana di pulau tersebut terdapat tiga desa dan jaraknya lumayan jauh bila menaiki speedboot, ia terlebih dahulu melakukan komunikasi dengan calon penerima paket untuk kemudian paket bisa diambil di dermaga yang ada di Desa Dago.

Customer sendiri yang akan mengambil paketnya di dermaga, saya tidak menyeberang ke pulau karena jaraknya lumayan jauh. Di pulau-pulau yang berbatasan dengan Filipina, nama JNE sudah terkenal,” ungkap Ramengsili.

“Meski tinggal di kepulauan, saya senang dan bersyukur bisa menjadi bagian dari keluarga besar JNE. Semoga JNE ke depannya semakin berjaya dengan layanannya yang cepat dan tepat waktu. Selain itu juga JNE semakin dikenal luas di perbatasan negara,” pungkas Ramengsili yang bergegas mulai mengantar paket dengan sepeda motor kesayangannya.[*]

jnewsonline.com