4 Juli 2024

batasnegeri.com

Membangun Indonesia dari Pinggiran

Selamatkan Warga Asing dari Maut, Ipda Fridus Raih Medali Kehormatan Presiden Timor Leste

BatasNegeri – Telepon selulernya tiba-tiba berdering dan muncul panggilan dari nomor baru. Panggilan itu tak langsung diterima. Inspektur Polisi Dua (Ipda) Albertus Fridus Bere, masih menunggu berapa saat sambil mengusap rambutnya yang basah sehabis mandi pagi.

Tangan kanan diusap vertikal di layar ponsel buatan Korea Selatan untuk menerima panggilan telepon. Dari seberang terdengar suara laki-laki menyapanya.

Pagi itu, Ipda Fridus yang bertugas di Markas Kepolisian Resor (Mapolres) Malaka, Nusa Tenggara Timur (NTT), ditelepon Atase Polri KBRI Dili, Timor Leste, Komisaris Besar (Kombes) Pol, Don Gaspar Mikel Da Costa.

Fridus diundang untuk mengikuti pertemuan bersama sejumlah instansi seperti Imigrasi, Bea Cukai, Pemerintah Daerah, dan TNI serta Polri di Pos Lintas Batas Negara (PLBN) Motamasin, Kabupaten Malaka, NTT.

Tak banyak bicara, Fridus langsung mengiyakan undangan itu. Dengan gesit, pakaian dinas lengkap pun dikenakan. Matahari belum sepenggalah, desiran angin sepoi-sepoi, Fridus bergegas mengambil kunci sepeda motor di sudut ruangan rumahnya dan helm hitam berstandar SNI di atas meja ruangan tamu lalu keluar rumah. Sepeda motor matic berwarna putih keluaran tahun 2015 jenis Honda Vario mulai dihidupkan. Standar dua diturunkan, Fridus membuka gas keluar dari rumahnya melaju ke arah timur. 30 menit perjalanan Fridus akhirnya sampai di PLBN Motamasin.

Rapat pun dimulai tepat pukul 10.00 Wita. Fridus pun langsung duduk di ruangan tempat rapat yang dipimpin Kombes Pol Don Gaspar Mikel Da Costa. Fridus belum mengetahui alasan dirinya diundang. Dia hanya diminta menghadiri rapat yang isinya membahas tentang pelayanan sejumlah instansi yang bekerja di perbatasan Indonesia dan Timor Leste itu.

Di sela-sela rapat, dia dipanggil Kombes Don. Informasinya, Fridus akan menerima penganugerahan bintang kehormatan dari Presiden Timor Leste karena telah menolong seorang wanita Timor Leste yang memilih berobat ke wilayah Indonesia lantaran nyaris tewas akibat menderita penyakit serius.

Namun, dia diminta banyak berdoa. Pasalnya, untuk mendapat penghargaan tertinggi dari kepala negara tetangga itu, syaratnya sangat ketat. Perlu banyak kajian. Verifikasi berlapis dari tim yang dibentuk pemerintah setempat mulai dari tingkat bawah hingga pemerintah di lingkaran istana Presiden Timor Leste. Termasuk mewawancarai warga mereka yang ditolong Fridus.

Mendengar itu, raut wajahnya yang semula kaku berubah seketika. Senyum sumringah terus mengembang.

“Setelah rapat pada Bulan Januari 2023 itu, saya pulang ke kantor, jalan seperti mau melayang. Saya masih tidak percaya, polisi pangkat kecil, mau terima penghargaan langsung dari presiden negara lain,” ungkap Fridus saat ditemui Kompas.com di Betun, ibu kota Kabupaten Malaka, Minggu (9/6/2024).

Kabar bahagia itu disampaikan kepada istri dan lima anaknya di rumah. Mereka lalu berdoa bersama mengucap syukur. Fridus selanjutnya bekerja seperti bisanya di kantornya, bagian Satuan Reserse dan Kriminal Polres Malaka.

Waktu pun mulai berjalan hingga Bulan September 2023. Saat itu, dia dihubungi melalui ponsel oleh salah satu staf Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Dili, ibu kota negara Timor Leste. Fridus diminta mempersiapkan semua dokumen pribadi, karena akan menerima penghargaan dari pemimpin Timor Leste.

“Saat itu saya tidak menyangka akan terima penghargaan dari Presiden Timor Leste,” ujar Fridus.

Dia lalu menyiapkan semuanya, mulai dari paspor dan dokumen penting lainnya, termasuk meminta izin kepada pimpinannya dan keluarganya. Sebelum berangkat, Fridus ditawari dua alternatif untuk masuk ke Timor Leste. Menggunakan pesawat via Denpasar, Bali, atau jalan darat, dijemput langsung kendaraan dari Konsulat RI.

Pada Minggu 26 November 2023, Fridus masuk ke Timor Leste menggunakan mobil konsulat melalui Pos Lintas Batas Negara (PLBN) Motaain, Kabupaten Belu.

Setelah semalam beristirahat di tempat penginapan di Kota Dili, pada Senin, 27 November 2023, Fridus menerima anugerah Medali Kehormatan atas tindakan kemanusiaannya bagi warga Timor Leste dari Presiden Republik Demokratik Timor Leste, Jose Manuel Ramos Horta di Istana Lahane, Dili.

Acara penganugerahan itu dihadiri oleh Duta Besar RI untuk Timor Leste, Y.M Okto Dorinus Manik. Usai kegiatan itu, pada malam harinya Fridus diundang oleh Duta Besar RI untuk Timor Leste, Y.M Okto Dorinus Manik. Fridus diberi ucapan terima kasih dan apresiasi yang tinggi karena telah mengharumkan nama bangsa.

“Waktu itu Pak Dubes kasih saya dua pilihan. Usulan kenaikan pangkat luar biasa atau salah satu anak saya jadi abdi negara. Saya terdiam sejenak, karena rasa kayak mimpi. Tapi saya pun menjawab lebih memilih anak jadi abdi negara,” ungkap Fridus.

Ipda Fridus Bere mengaku bersyukur kepada Tuhan atas anugerah ini. Dia juga berterima kasih kepada Polri yang mempercayainya melaksanakan tugas di perbatasan.

“Penganugerahan bintang kehormatan oleh presiden peraih Nobel perdamaian dunia tentu sesuatu yang membanggakan dan mengharumkan nama bangsa Indonesia,” kata Fridus.

Menurutnya, ada beberapa orang yang dapat penghargaaan serupa seperti dari Australia, Brasil, Srilanka dan beberapa negara yang lain.

“Karena itu diharapkan kepada kita semua untuk selalu berbuat baik kepada siapa saja, karena percaya tidak percaya suatu saat nanti kebaikan itu akan kembali ke kita,” ujar Fridus.

Fridus juga berharap, sisi kemanusiaan tetap digunakan dalan melaksanakan tugas di mana saja dan tetap menjaga hubungan baik antarnegara yang bertetangga.

Dihubungi terpisah, Atase Polri KBRI Dili Komisaris Besar (Kombes) Polisi Don Da Costa, menyebut, penghargaan itu, atas jasa Ipda Fridus yang telah membantu menyelamatkan nyawa seorang warga negara Timor Leste untuk bisa mendapatkan pengobatan di Malaka pada beberapa tahun silam.

Don menjelaskan, pada 25 Juli 2023 lalu di Istana Presiden Timor Leste, Presiden Horta sempat berbincang dengan dirinya. Saat itu, Presiden Horta mendapat informasi terkait tindakan kemanusiaan yang telah dilakukan oleh Ipda Fridus Bere terhadap warganya.

“Sehingga dilakukanlah penelitian untuk memberikan penghargaan khusus bagi yang bersangkutan atas hati baiknya dalam melaksanakan tugas sebagai polisi perbatasan,” ujar Don kepada Kompas.com.

Sementara itu, Duta Besar RI untuk Timor Leste, Y.M Okto Dorinus Manik, mengaku bersyukur dan berbangga dengan penghargaan yang diterima Ipda Fridus.

”Kita patut bersyukur dan bangga karena anggota Polri kita yang bekerja dengan penuh integritas diri di wilayah perbatasan memiliki rasa kemanusiaan yang tinggi,” ujar Okto.

Penghargaan ini, lanjut Okto, merefleksikan tindakan diskresi yang memiliki dampak luar biasa bagi hubungan kedua negara.

“Saya ucapkan selamat kepada Kapolri dan Kapolda NTT atas perbuatan kemanusiaan yang dilakukan anggotanya di wilayah perbatasan,” ujar Okto.

Hoegeng Award dari Kapolri

Kebaikan Fridus yang tulus untuk warga Timor Leste, juga diganjar penghargaan lainnya. Sebelum dapat penghargaan dari Timor Leste, pada Jumat, 14 Juli 2023 Fridus juga menerima penghargaan Hoegeng Award 2023.

Dia masuk nominasi tiga besar kategori Polisi Tapal Batas dan Pendalaman. Untuk itu, Fridus pun hadir dalam acara malam puncak penghargaan Hoegeng Awards 2023 yang digelar di The Tribrata Darmawangsa, Jakarta Selatan.

Dia menerima penghargaan langsung dari Kapolri Jenderal Polisi Listyo Sigit Prabowo, bersama dua nominator lainnya yakni Kasat Binmas Polres Merauke, AKP Makuf Suroto dan Bhabinkamtibmas Desa Torobulu, Kecamatan Laeya, Kabupaten Konawe Selatan, Sulawesi Tenggara, Aipda Hartono.

“Saya diusulkan oleh warga ke Hoegeng Award karena membantu warga Timor Leste. Akhirnya masuk nominasi tiga besar. Terima kasih atas penghargaan ini. Luar biasa dan puji Tuhan,” kata Fridus.

Awal mula membantu warga Timor Leste Inspektur Polisi Dua (Ipda) Albertus Fridus Bere (40) masih mengingat jelas kejadian yang tak akan pernah dilupakannya. Awal bulan Januari 2018 lalu, saat itu seperti biasa, Fridus sedang bertugas sebagai Kepala Pos Polisi (Kapospol) PLBN Motamasin.

Sebagai aparat keamanan berbaju cokelat di pintu perbatasan dengan Distrik Covalima, Timor Leste, yang masih berpangkat Brigadir Kepala (Bripka), Fridus selalu siaga bersama anggotanya. Apalagi, nuansa tahun baru masih melekat erat.

Ketika itu, sang mentari sedang merangkak menuju peraduannya. Tiba-tiba muncul seorang pria berperawakan sedang, kulit gelap dan berambut ikal menghampirinya.

Dengan napas masih belum teratur rapi, laki-laki yang diketahui bernama Primus Manek asal Desa Rainawe, Kecamatan Kobalima, Kabupaten Malaka, NTT, meminta bantuan kepada Fridus. Permintaan Primus, rupanya tidak langsung disetujui Fridus, lantaran terbilang sulit karena harus berkoordinasi dengan sejumlah pihak terkait.

Primus meminta agar saudarinya asal Distrik Covalima, Timor Leste, diizinkan untuk berobat ke Rumah Sakit Penyanggah Perbatasan (RSPP) Betun, Malaka.

“Kondisi perempuan asal Timor Leste itu kritis dan semua badannya kuning, serta kurus kering. Kalau tidak segera ditolong bisa meninggal,” ungkap Fridus.

Perempuan berusia 49 yang belakangan diketahui bernama Carolina Cardoso, asal Kampung Taliion, Distrik Covalima, Timor Leste, sedang berboncengan tiga orang menggunakan sepeda motor matic dan berada persis di pintu perbatasan antara kedua negara.

Dia sedang diapit oleh sang suami dan adiknya sembari mengendarai sepeda motor. Posisi duduknya di tengah, dengan wajah tertunduk lesu dan kondisi tubuh yang kurus hanya berbalut tulang. Wanita tersebut nyaris ambruk dari motor, saat berpapasan dengan Fridus dan anggotanya. Beruntung, suami dan adiknya sigap menahan badan Carolina.

Berada pada situasi dilematis, membuat Fridus harus segera mengambil keputusan, meski bertentangan dengan aturan. Sebab warga Timor Leste tersebut tidak memiliki dokumen resmi untuk masuk ke Indonesia.

Berbekal pengalaman memimpin pos perbatasan selama tujuh tahun, Fridus sudah terlatih menghadapi situasi sulit, sehingga tanpa berpikir panjang, dia langsung membolehkan mereka masuk ke Indonesia.

“Mereka ingin berobat, tapi tidak diizinkan. Namun, setelah kita lihat kondisinya kritis dan demi kemanusiaan, kita akhirnya izinkan masuk ke Betun untuk berobat,” ungkap Fridus.

Fridus pun memberi izin tanpa syarat dan tanpa batasan waktu, asalkan Carolina bisa sembuh dari penyakitnya. Setelah mendapat izin dari Fridus, Primus lalu bergerak cepat mencari mobil untuk mengangkut saudarinya menuju rumah sakit, karena khawatir kondisi kesehatan Carolina yang terus memburuk.

Satu mobil bak terbuka berwarna putih jenis Suzuki datang dan mengangkut Carolina menuju Rumah Sakit Penyanggah Perbatasan (RSPP) Betun. Tiba di rumah sakit sekitar 20 menit kemudian, Carolina ditangani oleh petugas medis rumah sakit perbatasan itu.

“Saudari kami ini didiagnosa sakit hepatitis. Tapi setelah dirawat selama dua minggu, akhirnya berangsur pulih,” kata Primus kepada Kompas.com di kediamannya.

Keluar dari rumah sakit, Carolina tidak langsung pulang, tapi masih kontrol penyakitnya selama sepekan di dokter yang mengobatinya. Usai dinyatakan sembuh, Carolina dan keluarganya bersama Primus lalu mencari Fridus. Ucapan terima kasih terus mengalir deras dari mereka tanpa henti, saat berpapasan dengan Fridus.

“Untung Pak Fridus kasih izin untuk berobat. Kalau tidak, mungkin saudari kami ini sudah meninggal karena sakit berat,” ujar Primus mengenang kejadian itu. Menurut Primus, mereka memutuskan berobat di Kabupaten Malaka karena pertimbangan jarak yang dekat dengan rumah saudarinya.

Karena, kata dia, jika berobat di Suai, ibu kota Distrik Covalima, Timor Leste, selain jarak yang jauh, juga fasilitas kesehatan belum memadai. Keluarga merasa gamang, jika sesuatu terjadi pada Carolina. Akhirnya keputusan keluarga berbuah manis, dengan sembuhnya Carolina dari penyakitnya hingga saat ini. Kejadian itu sempat diketahui pimpinan Fridus dan dia pun diberi apresiasi.

Bantu biaya persalinan ibuhamil

Kebaikan Fridus, tidak hanya dirasakan oleh warga dari Timor Leste saja, tetapi juga warganya di Kabupaten Malaka. Dia membantu seorang ibu rumah tangga bernama Yasintha Hoar Bria (40), saat hendak melahirkan bayinya di rumah sakit setempat 2020 lalu.

Wanita asal Desa Kletek, Kecamatan Malaka Tengah, ditolak pihak rumah sakit karena tidak memiliki kartu BPJS Kesehatan.

“Waktu itu saya antar orangtua berobat ke rumah sakit. Tak lama kemudian, datanglah ibu ini (Yasintha). Dia diantar seorang ojek karena akan melahirkan, tetapi ditolak karena tidak ada kartu BPJS,” ujar Fridus.

“Ibu itu baru dilayani, jika membayar uang Rp 300.000 di loket. Ibu itu lalu duduk di tangga rumah sakit sambil menangis,” sambung Fridus.

Karena merasa iba, Fridus pun mendekati Yasintha dan menanyakan masalah apa yang dialaminya. Sambil terisak, Yasintha mengaku tidak memiliki uang. Apalagi statusnya janda yang baru saja ditinggal mati suaminya Almerio Dos Reis, membuat dia kesulitan finansial. Fridus lantas mengambil uang di dalam dompetnya dan memberikan kepada Yasintha.

Setelah mendaftar di loket, petugas medis sempat memanggil Fridus dan menyampaikan kalau persalinan Yasintha akan dilakukan dengan metode operasi caesar. Kisaran biaya antara Rp 8 juta hingga Rp 12 juta.

“Petugas medis memanggil saya masuk ke ruang perawat dan ditanya, kalau operasi dengan anggaran besar hingga Rp 12 juta siapa yang tanggung. Saya bilang layani saja dulu, kalau memang operasi, pasti saya upayakan dan puji Tuhan ternyata bisa melahirkan normal,” kata Fridus.

Yasintha akhirnya melahirkan seorang bayi mungil berjenis kelamin perempuan dengan sehat dan selamat. Informasi itu sempat menyebar ke keluarga Yasintha. Sehingga mereka berbondong-bondong mendatangi kediaman Fridus di Desa Harekakae, Kecamatan Malaka Tengah, hanya sekadar berterima kasih.

“Kami ini orang susah, jadi hanya bisa balas dengan mengucap terima kasih langsung. Kami keluarga besar datang ke rumah Pak Fridus. Kami sudah anggap beliau sebagai keluarga kami,” ujar Yasintha Hoar Bria, saat ditemui Kompas.com di rumahnya.

“Kami hanya berdoa, semoga bantuan Pak Fridus ini dibalas oleh Tuhan,” kata Yasintha lagi.

Kerja sama lintas sektor

Tak hanya itu, saat masih menjabat sebagai Kapospol Motamasin, Fridus pun selalu menjalin kerja sama yang baik dengan instansi pemerintah setempat. Camat Kobalima Timur Wens Leki, menyebut, selama bertugas di PLBN Motamasin, Fridus dan anggotanya kerap terlibat dalam bakti sosial dengan masyarakat.

Bakti sosial yang dimaksud, di antaranya pengobatan gratis kepada masyarakat dan juga membersihan badan jalan dari pusat kecamatan menuju PLBN Motamasin.

“Bahkan pada waktu Badai Seroja yang menerjang wilayah kami tahun 2021 lalu, Pak Fridus dan anggotanya bergerak cepat membantu masyarakat yang terdampak dengan mengevakuasi ke tempat yang aman dan memberikan bantuan beras serta makanan siap saji,” ujar Wens.

Fridus pun, kerap rajin berkoordinasi dengan pihak kecamatan maupun aparat dari empat desa yang berbatasan langsung dengan Timor Leste yakni Desa Alas, Alas Selatan, Alas Utara dan Kotabiru. Wens berharap, kerjasama yang telah dibangun selama ini bisa ditingkatkan lagi.

Amankan warga Timor Leste yang melintas ilegal ke Indonesia

Sejak bertugas sebagai Kapospol Motamasin 5 Februari 2016, Fridus terlibat bersama sejumlah instansi termasuk Kepolisian Timor Leste, Unidade Patrolhamento de Frointeiras (UPF), menggelar patroli secara rutin di batas kedua negara. Patroli itu, digelar untuk mengecek patok batas negara.

Termasuk juga, para pelintas batas negara yang kerap masuk melalui jalur ilegal. Fridus mengaku, selama bertugas dia telah mengamankan sekitar 40 warga Timor Leste yang masuk ke Indonesia tanpa membawa dokumen resmi.

“Setelah diamankan, puluhan warga Timor Leste ini kita serahkan ke pihak Imigrasi untuk dideportasi ke negara mereka,” ujar dia.

Sebelum menyerahkan ke pihak Imigrasi, Fridus selalu berpesan kepada pelintas batas ilegal, agar selalu mengurus dokumen berupa paspor jika ingin masuk ke Indonesia. Selain pelintas batas, ada juga ternak milik warga Timor Leste yang kerap masuk Indonesia.

“Khusus untuk hewan seperti sapi yang masuk ke Indonesia, kita sepakat untuk hubungi petugas Timor Leste, agar dikembalikan ke pemiliknya,” kata Fridus.

Menurut Fridus, hubungan pihaknya dengan aparat dan warga Timor Leste di perbatasan tetap terjalin dengan baik sampai sekarang.

Mendapat kesempatan sekolah perwira Polri

Kebaikan Fridus yang ditanam untuk warga perbatasan dan Timor Leste, akhirnya diganjar dengan karir yang mulai menanjak.

Pada 3 Maret 2022 lalu, ayah lima orang anak itu dapat kesempatan Sekolah Pembentukan Perwira (Setukpa) Lembaga Pendidikan dan Pelatihan (Lemdiklat) Polri di Kota Sukabumi, Jawa Barat. Dia memeroleh jatah sekolah pendidikan calon perwira melalui program Kapolri untuk anggota yang berprestasi.

“Saya dapat penghargaan dari Bapa Kapolri, karena sudah lama tugas di batas negara dan mampu sinergi dengan instansi di perbatasan. Kami melayani masyarakat tanpa ada masalah selama bertugas,” ungkap dia.

Kemudian, 3 Oktober 2022, dia dilantik di Sektupa Lemdiklat Polri oleh Kapolri dengan pangkat Ipda. Kini, Fridus telah menyandang satu balok di pundaknya. Yang terbaru pada awal Juni 2024, Fridus ditunjuk pimpinannya menjadi Kepala Kepolisian Sektor (Kapolsek) Weliman, Kabupaten Malaka.

“Masih tunggu pelantikan jadi Kapolsek Weliman,” ujar Fridus.

Bagi dia, polisi tidak hanya melindungi, mengayomi dan melayani masyarakat, tapi juga harus menjunjung tinggi nilai kemanusiaan.[*]

Kompas.com