BatasNegeri – Uskup Atambua, Dominikus Saku, menyambut baik aksi-aksi kemanusiaan dan pemberdayaan yang dilakukan Puslitbang Pendidikan Agama dan Keagamaan Kementerian Agama RI bekerjasama dengan perguruan Tinggi Keagamaan di daerah-daerah perbatasan negara.
Uskup menyatakan, kemajuan di wilayah perbatasan menjadi tanggung jawab bersama semua kalangan warga negara.
“Kalau ada konflik-konflik kecil di daerah dan perbatasan negara seperti di Belu ini atau daerah lainnya yang mengganggu usaha pemajuan daerah, biasanya hal itu disebabkan kurangnya komunikasi antar kelompok sosial yang ada,” ujar Uskup Dominikus Saku.
Seminar penutupan rangkaian riset aksi di tujuh wilayah perbatasan negara, yaitu Pulau Natuna (Kepulauan Riau), Entikong (Kalimantan Barat), Pulau Sangihe (Sulawesi Utara), Skouw Jayapura (Papua) dan Saumlaki (Maluku Barat Daya) diselenggarakan di Gedung pertemuan Pemerintah Daerah Kabupaten Belu.
Kegiatan seminar ini dihadiri 90 peserta yang terdiri dari para tokoh masyarakat, tokoh adat, perwakillan SKPD pemerintah Belu. Hadir pula dalam kesempatan itu Sekretaris Daerah Kabupaten Belu, Rektor UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Kepala Puslitbang Pendidikan Agama dan Keagamaan, para peneliti kemenag, serta tujuh perwakilan perguruan tinggi mitra UIN Jakarta, UIN Yogyakarta, IAIN Pontianak, IAIN Manado, IAIN Ambon, IAIN Jayapura dan STAI Natuna.
Kepala Puslitbang Pendidikan Agama dan Keagamaan, Amsal Bahtiar menyampaikan, kegiatan riset aksi ini bertujuan, mengembangkan kerukunan sosial untuk pembangunan daerah perbatasan negara, penguatan Sumber Daya Manusia (SDM) lokal pelaku Pendidikan Agama dan Keagamaan, membangun Kerjasama dan kolaborasi dengan Perguruan Tinggi Keagamaan untuk pengembangan daerah perbatasan.
“Dan menemukan model-model kearifan lokal dalam pembanguan daerah perbatasan,” ucap Amsal.[*]
suaramerdeka.com
More Stories
BPPD Kepri Dorong Konektivitas Serasan Sematan
Presiden Prabowo Disambut Hangat di Kupang
Menko Polkam: Teroris Bisa Kecoh Aparat Pakai AI