BatasNegeri – Masih kuatnya dukungan kepada calon presiden (capres) petahana, Joko Widodo, sangat terkait dengan kepemimpinannya dalam memperjuangkan keadilan ekonomi bagi rakyat. Jokowi juga dinilai berhasil membangun infrastrukur jalan, jembatan, tol laut, dan memperbaiki pos perbatasan negara untuk menggerakkan ekonomi di daerah pinggiran.
Pengamat politik yang juga Direktur Indonesia Public Institute (IPI), Karyono Wibowo, mengatakan Jokowi telah memberi bukti toleransi dan membangun kebangsaan.
“Pembangunan infrastruktur dari Sabang sampai Merauke merupakan salah satu contoh Jokowi tidak membeda-bedakan dan berjiwa nasionalisme. Di bidang kesehatan, pendidikan, dan juga energi dengan kebijakan satu harga merupakan bukti lain tentang Jokowi memang bekerja,” kata Karyono saat dihubungi, Rabu (13/2/2019).
Karyono menambahkan, Jokowi juga berhasil mengambil alih penguasaan asing di sejumlah konsensi, seperti Freeport Indonesia, Blok Mahakam, dan Blok Rokan.
“Pengambilalihan penguasaan asing merupakan prestasi konkret Jokowi. Kenyataan ini merupakan bukti kalau Jokowi nasionalis,” paparnya.
Menurut Karyono, daftar keberhasilan Presiden Jokowi membuat kepercayaan publik menjadi tinggi. Padahal, Jokowi banyak diserang oleh berbagai isu, mulai di serang dari sisi kebijakan, difitnah secara personal, hingga disudutkan dengan berbagai isu SARA. Tapi nyatanya, kalau melihat hasil survei, semua serangan dan propaganda hitam kepada Jokowi dan pemerintah tidak terlalu berpengaruh signifikan.
“Masyarakat masih menaruh kepercayaan kepada Jokowi. Dari hasil survei, elektabilitas Jokowi di angka 50 persen lebih. Artinya, fitnah tak berpengaruh signifikan terhadap elektabilitas Jokowi,” tutur Karyono.
Prinsip Kebersamaan
Dihubungi terpisah, Pengamat Budaya dari Universitas Indonesia, Darmoko, mengatakan Jokowi telah menerapkan prinsip hidup kebersamaan dan kesamaan.
Dalam konteks kebersamaan, ideologi dan pemikiran, petahana selalu mengajak seluruh elemen masyarakat, baik itu antaragama, ras, suku, maupun golongan, untuk bersama-sama membangun bangsa. Sedangkan hidup dalam kesamaan itu artinya Jokowi tidak menempatkan diri sebagai orang yang memiliki jabatan tinggi, tetapi dia menyatu dengan rakyat.
“Dia berusaha untuk sedemikian rupa menekan jarak sehingga dia betul-betul manjir acer-acer, menyatu dengan rakyat dari semua lapisan, termasuk yang minoritas,” kata Darmoko.
Sebelumnya, pengamat komunikasi politik dari Sekolah Tinggi Pembangunan Masyarakat Desa “APMD” Yogyakarta, Tri Agus Susanto, mengatakan untuk mencapai kemajuan bangsa tidak bisa membiarkan pejabat pemerintah bekerja sendiri.
“Itu artinya, tak bisa membiarkan Jokowi berkerja sendiri untuk kemajuan bangsa. Semua pihak mesti bahu-membahu membantu Jokowi,” katanya.[*]
koranjakarta
More Stories
Satgas Yonif 741/GN Amankan Granat Aktif dari Warga Perbatasan RI-Timor Leste
Personel Yonkav 12/BC Bantu Masyarakat Cor Jalan Di Perbatasan RI-Malaysia
TNI-POLRI Kerjasama Susun Kajian Pertahanan Perbatasan Negara dalam Mendukung IKN