27 Juli 2024

batasnegeri.com

Membangun Indonesia dari Pinggiran

Ketiadaan Dokter, Warga Pulau Lirang Pilih Berobat ke Timor Leste

BatasNegeri – Kehidupan warga di perbatasan Indonesia sangat memperihatinkan.

Setelah 72 tahun negara ini merdeka, warga di Pulau Lirang dan sekitarnya, Kecamatan Wetar Barat, Kabupaten Maluku Barat Daya, masih kesulitan untuk mendapatkan akses kesehatan.

Berdasarkan pemantauan pada Rabu (20/9/2017), di pulau yang menjadi perbatasan antara Indonesia dengan Timor Leste itu hanya terdapat satu unit puskesmas. Tidak ada dokter di tempat pengobatan itu, yang ada hanya enam orang diperbantukan sebagai tenaga medis. Untuk fasilitas kesehatan kurang memadai dan obat-obatan terbatas.

“Selama ini belum ada dokter. Tenaga medis enam orang, satu medis dan lima non medis. Kami minta puskesmas ada rumah sakit dan dokter,” ujar Manuel Cornelis, warga Pulau Lirang, kepada wartawan, Rabu (20/9/2017).

Akses kesehatan itu tidak mampu menjangkau jumlah penduduk sekitar 1.118 jiwa atau 236 Kepala Keluarga (KK). Ditambah lagi puskesmas itu juga menjadi pusat pengobatan bagi masyarakat yang tinggal di pulau-pulau sekitar Pulau Lirang.

Sehingga, para warga yang membutuhkan pengobatan secara intensif memilih untuk berangkat ke Ambon, Maluku, menempuh perjalanan laut sekitar 20 jam. Ataupun memilih berobat ke Negara Timor Leste.

Untuk sampai ke negara yang dulunya merupakan bagian dari Indonesia tersebut, warga hanya menempuh perjalanan laut sekitar 2 jam 30 menit.

Bagi warga, perjalanan ke Timor Leste tidak memerlukan paspor, tetapi cukup menunjukkan surat jalan dan kartu identitas.

“Lautan tenang 1 jam lebih kalau ke Dili (Ibu Kota Timor Leste,-red), 2-3 jam dengan speed boat. Kasih surat jalan. Tidak ada ambulans, pakai kapal masyarakat,” ujarnya.

Atas dasar kesulitan akses kesehatan bagi masyarakat, Perusahaan Listrik Negara (PLN) bersama dengan Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo-FKUI, Jakarta mengadakan pengobatan gratis.

Sebanyak 19 tenaga medis yang terdiri dari dokter spesialis, refraksionis, dan apoteker hadir dalam acara itu.

Acara bertajuk PLN Peduli Pulau Lirang bersama team Dokter RSCM-FKUI Jakarta itu diantaranya menghadirkan pengobatan untuk penyakit dalam, penyakit THT, penyakit mata, dokter anak, dan penyakit kulit.

Selain itu, PLN dan RSCM juga membagikan obat gratis dan kacamata baca serta penyuluhan bagi warga.

Acara pengobatan gratis ini disambut antusias oleh warga, lebih dari 500 warga turut serta dalam acara pengobatan gratis.

Bahkan tidak hanya warga asli Pulau Lirang, sejumlah warga dari beberapa pulau, seperti Pulau Wetar juga mengikuti pengobatan gratis.

Acara pengobatan dan pemberian obat diberikan di dua tenda yang berada di sebuah lapangan di Pulau Liran.

Seth, warga Pulau Wetar, mengaku sangat antusias mengikuti pengobatan gratis itu. Sebab, ini merupakan pertama kali adanya pengobatan gratis di tempat tersebut setelah Negara Indonesia merdeka.

Oleh karena itu, mereka menunggu selama dua atau tiga hari supaya dapat mengikuti pengobatan gratis.

“Kalau ada kepentingan ke sini. Kalau sakit berobat ke sini. Ada yang berobat ke Timor Leste pakai surat jalan. Kalau sakit parah ke Timor Leste. Saya perlu perawatan mata. Sekitar 20-30 orang (warga Pulau Wetar,-red)” kata dia.

Setelah menjalani pengobatan gratis, Dr. dr. Ratna Dwi Restuti, SpTHT (K), selaku Direktur Medik dan Keperawatan Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, merasa prihatin terhadap kondisi masyarakat di Pulau Lirang.

“Mereka sangat surprise karena di daerah sini tidak ada dokter satupun, dokter umum tidak ada, jadi puskesmas selama ini ada perawat, bidan dan tenaga kesehatan lain. Kehadiran dokter sangat diperlukan bagi masyarakat sini,” kata Ratna.

Berdasarkan data yang dimiliki pihak RSCM, warga mengidap sejumlah penyakit. Diantaranya, seperti orang tua yang menderita katarak dan mata tua, penyakit kulit, saluran napas atas, dan malaria. Daerah ini merupakan endemi malaria, dimana pada 2016, tercatat malaria 43 kasus.

Salah seorang warga diantaranya harus segera dirujuk ke RSCM. Hal ini, karena remaja berusia 13 tahun itu menderita penyakit tumor. Ada tumor jinak di bagian hidung dan belakang tengorokan.

“Ada tumor yang perlu ditindaklanjuti. Ini perlu tindaklanjut yang harus cepat. Tumor jinak, tetapi mendesak. Kami akan berkoordinasi dengan puskesmas sini dan PLN bagaimana bentuk bantuan kita ke satu pasien ini,” kata dia.

Selain mengadakan pengobatan gratis, PLN juga memberikan bantuan berupa 300 paket sembako, 32 petak jaring apung, alat kompresor untuk menyelam, dan alat pancing. Tak hanya itu, PLN juga akan memberikan bantuan berupa 7 buah kapal untuk warga.[*]

tribunnews.com