BatasNegeri – Mendapat kesempatan ke perbatasan RI-Timor Leste, batasnegeri.com menyempatkan diri berkunjung ke sebuah komunitas pengungsi eks Timor Timur (Timtim) di Kabupaten Malaka, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT).
Tak seberapa jauh dari PLBN Motamasin, tampak sebuah komplek pemukiman warga dikelilingi ladang jagung siap panen, sawah nan asri dan lahan peternakan sapi.
Melihat deretan bangunan rumah permanen yang tertata rapi, aktivitas ekonomi warga dan sikap ramah warganya menyambut setiap tamu menandakan bahwa itu adalah sebuah komunitas yang dibangun dengan perencanaan yang matang.
Komunitas ini dibentuk empat tahun lalu oleh sebuah lembaga nirlaba bernama Care IPB. Lembaga yang dibentuk Institut Pertanian Bogor ini menjadikannya sebagai pilot project dalam rangka “memanusiakan” eks pengungsi eks Timtim yang sudah belasan tahun bermukim di resettlement yang dibangun Uni Eropa dan UNHCR di wilayah perbatasan RI-Timor Leste, pasca jajak pendapat di bumi Loro Sae tahun 1999.
Program Care IPB ini berawal dari kepedulian bahwa tidak semua pengungsi eks Timtim siap menanggung beban hidup ketika status mereka sebagai pengungsi di Timor Barat berakhir sejak 1 Januari 2002. Mereka menjadi warga biasa, dan semua bantuan dihentikan.
Kehidupan setelah itu terasa tak menentu. Persoalan sosial yang menimpa mereka tak pernah terselesaikan hingga tuntas. Model pendekatan cenderung didominasi paradigma keamanan, kebijakan top- down, serta teknis-prosedural. Maka tak heran kalau ada sebagian eks pengungsi kemudian memilih mencari kerja ke Malaysia. Padahal mereka sudah memilih Indonesia bagi masa depan keluarganya.
Salah satu masalah sosial yang tak pernah terselesaikan, bahkan hingga hari ini, adalah persoalan kepastian hukum atas lahan resettlement yang mereka tempati, serta ketersediaan lahan untuk bertani.
Dalam perspektif ekonomi, ketiadaan akses terhadap lahan berhubungan erat dengan kemiskinan dan ketimpangan sosial. Konteks inilah yang menyebabkan mereka tetap bergelut dalam kubangan kemiskinan.
Maka CARE IPB membangun sebuah pilot project pemberdayaan tersebut, di atas lahan seluas 20-an Hektare di Desa Kamanasa, Kecamatan Makala Tengah, Kabupaten Malaka. Pilot project itu bernama “Pemberdayaan Masyarakat Perbatasan Menuju Komunitas Mandiri Nusantara”.
Di dalam kawasan inilah warga mulai mengolah tanah, menanam padi, jagung, palawija, sayuran serta membangun pemukiman baru di atas lahan yang memiliki kepastian hukum. Dengan dibangunnya pemukiman yg dekat dengan lokasi kebun, aktivitas warga dalam bertani menjadi lebih efektif.
Lahan kebun dikelola sedemikian rupa sehingga warga yang menjadi subyek pembinaan memiliki kemandirian pangan. Selain pangan, dengan teknologi tepat guna, limbah ternak diolah menjadi energi alternatif melalui program biogas , sehingga warga binaan juga memiliki kemandirian energi.
Kaum ibu juga menjadi subyek pembinaan. Mereka telah mendapatkan pelatihan pengolahan makanan, menjahit dan membuat kue.
Keberagaman usaha yang dikelola secara terintegrasi itu, sudah mulai menampakan hasilnya. Pelan tapi pasti, ia telah menopang pendapatan ekonomi warga binaan.
Kendati telah memberikan hasil Namun tak berarti perjuangan telah usai. Masih ada persoalan klasik yang mesti dicarikan solusi, yaitu memasarkan hasil usaha mereka, ke luar komunitas.
Untuk memperluas pemasaran, warga sudah membuka networking dengan Pusat KUD NTT. Lembaga ini dilibatkan dalam pengadaan dan budidaya sapi, juga akan berperan dalam menyerap produksi sapi siap jual dari warga.
CARE IPB bertekad akan menggandakan keberhasilan pilot project ini ke daerah lain. Pilot project Care IPB yang telah meningkatkan pendapatan ekonomi warga eks pengungsi Timtim yang tadinya bermukim di beberapa desa di Kecamatan Malaka Tengah mendapat apresiasi positif dari sejumlah pihak. Utamanya dari Pemerintah Kabupaten Malaka dan akademisi Universitas Katolik Widya Mandira Kupang.
Pemberdayaan petani tidak cukup hanya dilihat dari perspektif petani. Tetapi juga harus dikembangkan dari perspektif sitem agribisnis dan system sosial pertanian yang lebih luas. Tidak hanya terbatas pada aspek produksi tetapi juga dikembangkan pada aspek pengolahan hasil, pemasaran, dan pengadaan input pertanian yang berpotensi meningkatkan nilai tambah usaha tani.[*]
Gambar Audio visual dapat disaksikan di : Kisah sukses Memanusiakan Pengungsi
More Stories
Berangkatkan Ekspedisi Batas Negeri Pemuda Muhammadiyah Kalbar, Ini Pesan Pangdam Tanjungpura
Peduli Pendidikan, Yayasan MPP Lakukan ini di Perbatasan RI-RDL
Bela Negara, Yayasan MPPI Bagi Bantuan untuk Warga Perbatasan