BatasNegeri – Presiden Joko Widodo gencar melakukan pembangunan infrastruktur, mulai dari jalan tol Surabaya-Jakarta hingga jalanan di Papua. Tak hanya untuk meningkatkan ekonomi, Jokowi mengaku memiliki tujuan lain, apa itu?
“Banyak yang menanyakan kepada saya ‘Pak kenapa sih yang dibangun infrastruktur, apa ekonomi kita menjadi lebih baik dengan pembangunan infrastruktur?,” ujar Jokowi membuka ceritanya di hadapan para mahasiswa Universitas PGRI Adi Buana Surabaya, Kamis (6/9/2018).
Namun, Jokowi menepis hal ini. Baginya, pembangunan infrastruktur tak hanya untuk meningkatkan perekonomian di Indonesia saja. Tetapi pembangunan ini untuk meningkatkan hubungan masyarakat antarkota, antarpulau, dan antarprovinsi di negara ini menjadi lebih baik.
Terlebih, Indonesia terkenal dengan negara kepulauan yang memiliki lebih dari 17.000 pulau. Tak hanya itu, Indonesia juga memiliki wilayah yang sangat luas.
“Bukan hanya karena ekonomi, pembangunan infrastruktur ini karena infrastruktur ini membuat hubungan dan kualitas antarkota, antarpulau, antarprovinsi di negara sebesar ini menjadi lebih baik,” katanya.
Jika sudah terhubung, Jokowi mengatakan persatuan masyarakat Indonesia akan bisa dibangun menjadi lebih kokoh. “Sehingga persatuan kita itu menjadi lebih kokoh, bukan hanya urusan ekonomi,” ungkapnya.
Diakuinya, saat awal menjabat memang ada ketimpangan infrastruktur di Indonesia. Misalnya saja di Jawa dan wilayah timur seperti Papua pembangunannya tidak merata.
“Tetapi memang ada ketimpangan besar infrastruktur yang ada di Jawa dan ada di barat, dan di timur sangat beda sekali,” lanjutnya sambil menunjukkan kondisi jalan di Papua kala itu.
Namun, dengan bertekad membangun rasa kebangsaan, Jokowi berupaya untuk menghubungkan seluruh wilayah dari Sabang sampai Merauke dengan pembangunan infrastruktur.
“Sehingga saya membangun rasa kebangsaan dari Sabang sampai Merauke agar merasakan sebuah pelayanan dan keadilan yang sama dari negara Indonesia,” lanjutnya.
Jokowi pun menambahkan beberapa tahun lalu, harga bensin di Papua mencapai Rp 60.000 hingga Rp 100.000 untuk setiap liternya. Namun, dirinya berupaya untuk mensejajarkan harga bensin di Jawa dan Papua.
“Tiga tahun yang lalu saya ke Wamena, harga bensin Rp 60.000 hingga Rp 100.000 per liter. Oleh sebab itu saya sampaikan harga bensin harus sama seperti yang di Jawa, akhirnya satu setengah tahun baru terealisasi. Inilah hal-hal fundamental yang harus kita selesaikan terlebih dahulu,” lanjutnya.
Dia menegaskan pembangunan ini akan terus berlanjut, terlebih mendapat dukungan dari Sumber Daya Manusia di Indonesia.
“Kuncinya adalah hanya di Sumber Daya Manusia, kita ini memiliki sebuah kapasitas terpendam, kita memiliki kekuatan yang terpendam. Tapi masih belum dibangkitkan, hanya dipikir kita kalah dengan negara lain, tapi tidak percaya itu kita lebih baik dari orang lain,” pesannya.[*]
(detik.com)
More Stories
Pembangunan Tercepat 1.000 Unit Apartemen di IKN Sudah Siap Dihuni ASN
Penyelundupan 408 Kaleng Miras di Gagalkan Satgas Yonarmed 11 Kostrad Di Perbatasan Indonesia-Malaysia
Antisipasi Pelintas non-Prosedural, Pensiunan Petugas Imigrasi Bantu Perkuat Pengawasan Perbatasan Indonesia-Malaysia