7 Desember 2024

batasnegeri.com

Membangun Indonesia dari Pinggiran

Warga Dua Negara Bersatu Dalam Satu Pasar Ini

BatasNegeri – Belasan sampai puluhan orang jalan berbaris memakai tas pinggang, kantong kresek, bahkan ada yang mendorong gerobak pasir kosong. Saat itu masih jam sembilan pagi, tapi orang-orang sudah ramai datang serempak melewati Pos Lintas Batas Negara Terpadu (PLBN) Skouw, Papua.Mereka tidak lain adalah warga negara tetangga. Dari Papua Nugini. Pada Kamis itu, mereka tumpah ruah memadati pasar yang ada di Skouw untuk sekadar belanja kebutuhan sehari-hari yang diperlukan. Semua aktivitas itu dimulai saat gerbang perbatasan wilayah dibuka pada pukul sembilan pagi.

Pemandangan itu sudah biasa terjadi di wilayah perbatasan antar-dua negara tetangga di bagian timur Indonesia, terutama pada hari pasar. Hari pasar merupakan musim khusus untuk berdagang yang biasanya diadakan warga Papua di perbatasan.

Hari pasar biasanya terjadi dalam dua hari selama seminggu, yaitu pada hari Selasa dan Kamis. Mereka yang belanja tak hanya dari warga sekitar. Tapi juga warga negara Papua Nugini.

Sebelum masuk wilayah Indonesia, mereka juga harus melewati sejumlah pemeriksaan, baik yang dilakukan oleh imigrasi, bea cukai, maupun Satuan Tugas Pengamanan Perbatasan (Satgas Pamtas) Batalyon 501. Mereka diperiksa satu-persatu sebelum bisa masuk ke wilayah pasar. Pemeriksaan meliputi barang bawaan, hingga surat-surat yang dibutuhkan untuk melintas.

Pelintas kebanyakan datang dengan kartu kuning yang merupakan kartu khusus pengganti paspor bagi warga lokal Papua Nugini yang tinggal di perbatasan, Wutung. Penggunaan kartu kuning untuk warga Papua Nugini sama seperti penggunaan kartu merah untuk warga lokal Skouw yang akan berkunjung ke Papua Nugini.

Usai melewati pemeriksaan, mereka baru bisa berbelanja kebutuhan di wilayah Indonesia. Apa saja yang mereka beli di Indonesia? Beragam tentunya. Ada kebutuhan sehari-hari seperti minyak, tepung, gula, makanan ringan, minuman ringan, hingga pakaian.

Kegiatan jual-beli itu dilakukan sampai sore hari saat pos perbatasan tutup jam empat sore. Setiap hari pasar, mereka berlalu lalang membawa barang belanjaan yang dibeli dari pasar Skouw. Sejumlah angkutan umum telah menanti di terminal untuk mengangkut para pembeli itu menuju tujuannya masing-masing.

Saat siang hingga sore hari, barulah mereka biasanya kembali menyebrang ke Papua Nugini. Tas-tas yang tadi kosong sudah dipenuhi berbagai belanjaan. Begitu juga dengan gerobak pasir yang sebelumnya kosong di pagi hari, telah terisi dengan berbagai barang-barang untuk dibawa pulang.

PASAR

Perjuangan mereka membawa barang belanjaan lumayan berat, karena harus berjalan kaki dari Pasar Skouw ke terminal Wutung yang berjarak hampir satu kilometer. Tapi itu sudah biasa bagi mereka.

Salah satu petugas imigrasi PLBN Skouw Jimmy mengatakan pelintas dari Papua Nugini memang cukup banyak datang di hari pasar serta akhir pekan. Biasanya, jumlah pelintas bisa mencapai ribuan orang ke Skouw.
Ada berbagai alasan bagi warga Papua Nugini yang memilih Pasar Skouw sebagai tujuan belanjanya. Selain harga yang relatif murah, jenis barang yang ditawarkan juga beragam. Mulai dari kebutuhan sandang hingga pangan mudah didapat di pasar ini. Contohnya buah-buahan, makanan dan minuman kemasan, snack, pakaian, bantal, karpet, hingga peralatan rumah tangga.

Salah satu warga Papua Nugini, Lukas mengatakan, Pasar Skouw menjadi pilihan karena barang-barangnya yang dijual lebih murah dibanding di tempatnya. Oleh sebab itu, setiap hari pasar warga Papua Nugini selalu datang ke sana.

“Jelas di pasar (Skouw) Indonesia harganya lebih murah. Lebih murah dari Papua Nugini,” kata Lukas saat dijumpai detikcom.

Di saat hari pasar, para pedagang juga kecipratan untung lebih besar dibanding hari biasa. Contohnya seperti Ina yang berdagang pakaian. Kalau hari biasa, Ina biasanya mendapat omzet sekitar Rp 800 ribu. Tapi di hari pasar, omzetnya bisa mencapai Rp 1,5 juta dalam sehari.

“Kalau hari pasar memang pasti lebih ramai, jadi omzetnya juga lebih besar,” jelas perempuan asal Sulawesi tersebut.

Biasanya, para pedagang banyak yang memanfaatkan layanan dari PT Bank Rakyat Indonesia (BRI) Tbk yang tersedia PLBN Skouw. BRI merupakan satu-satunya perbankan yang memberikan layanan di kawasan perbatasan itu.

Layanan yang disediakan BRI ialah penukaran uang atau money changer, dan layanan penarikan uang dari mesin Anjungan Tunai Mandiri (ATM). Orang-orang sangat bergantung pada layanan perbankan yang disediakan BRI di sana.

“Paling ramai hari Selasa, Kamis, Sabtu bisa sampai seribuan yang masuk dari PNG (Papua Nugini)” kata Jimmy.

Wali Kota Jayapura Benhur Tomi Mano pun mengakui kegiatan transaksi jual-beli di wilayah perbatasan cukup tinggi. Dengan hadirnya pasar Skouw, pemasukan ekonomi di perbatasan bahkan bisa mencapai Rp 1 miliar per bulan.

“Di situ dengan dibangunnya kios, los, dan toko di situ maka ekonomi di daerah perbatasan menjadi income. Satu bulan bisa menghasilkan Rp 1 miliar. Karena masyarakat dari Papua Nugini datang ke situ pada hari Kamis, Sabtu, dan Rabu ke situ, mereka tidak menawar. Berapapun harganya, mereka beli. Maka ekonomi di daerah perbatasan meningkat,” kata Tomi kepada detikcom.[*] 

(detik.com)