BatasNegeri – Elisabet Shary AS, AMd. Kep adalah salah satu dari sekian banyak perawat yang bertugas di daerah perbatasan RI-RDTL tepatnya di Puskesmas Napan, Kecamatan Bikomi Utara, Kabupaten Timor Tengah Utara (TTU).
Menamatkan pendidikan di Akademi Keperawatan (Akper) di Kabupaten Belu, Shary biasa orang menyapanya mengaku sejak kecil dirinya sudah bercita-cita menjadi seorang perawat.
Cita-cita menjadi seorang perawat tertanam sejak kecil karena setia hari ia berada dilingkungan kesehatan, dimana keinginan menjadi perawat terinspirasi dari sang ayahnya yang juga berprofesi sebagai perawat.
“Dari kecil memamg saya sudah suka menjadi seorang perawat. Dan itu terinspirasi dari bapak yang juga sebagai orang kesehatan. Saat kecil saya melihat bagaiman bapak layani pasien, akhirnya saya tertarik menjadi seorang perawat,” katanya beberapa hari lalu.
Shary yang saat itu datang jauh-jauh dari perbatasan RI-RDTL ke Lapangan Oemanu, mengikuti upacara pembukaan Hari Kesehatan Nasional (HKN) tingkat Kabupaten TTU yang dilaksanakan oleh Dinas Kesehatan TTU.
Gadis pemilik senyum manis itu mengatakan, motivasi dirinya menjadi seorang perawat adalah untuk melayani masyarakat, khususnya masyarakat di daerah perbatasan RI-RDTL di Napan.
“Motivasi saya menjadi seorang perawat, karena saya mau mengabdi di daerah perbatasan khususnya di Puskesmas Napan, dan kebetulan saya juga tinggal di daerah perbatasan,” jelasnya.
Gadis kelahiran 2 November 1993 itu mengaku, dirinya baru bertugas selama dua tahun sebagai seorang perawat di Puskesmas Napan sejak menamatkan pendidikan perawat di Akper Belu.
Meski hanya sebagai seorang tenaga honor, Shary tetap semangat dalam melayani masyarakat. Baginya melayani masyarakat merupakan suatu panggilan nurani yang harus dijalani secara tulus.
“Walaupun hanya sebagai tenaga honor, ya harus tetap semangat bekerja untuk melayani perbatasan. Ya kita tidak boleh putus asa dengan keadaan,” ujar buah hati dari pasangan Yoseph Suryanto dan Maria T I Siki itu.
Menjadi seorang perawat, kata Shary, bukan hal mudah. Banyak ujian yang dihadapi ketika melayani para pasien, terutama ujian kesabarann ketika menghadapi pasien yang suka marah-marah.
“Sebagai seorang lerawat, kita benar-benar diuji kesabarannya, kalau misalnya dicemooh atau dimarah oleh pasien, ya kita diam saja, jadi harus benar-benar bersabar,” ujarnya.
Diakui Shary, ketika dimarahi oleh pasien, dirinya memilih untuk diam, sembari memberikan senyum kepada pasien tersebut meski pasien itu marah didepan banyak orang.
“Kalau dimarah ya tenang saja. Hanya memberikan senyuman kepada pasien, apalagi kalau didepan orang banyak. Makanya saya berpikir bahwa sebagai perawat, kita harus butuh kesabaran,” tambahnya.
Shary menyayangkan perilaku masyarakat yang tidak memperhatikan kesehatan sejak dini. Menurut Shary, kebanyakan para pasien yang ditemui, ketika sakit parah baru mendatangi puskesmas.
“Harusnya, saat masih sehat, masyarakat harus datang periksa kesehatan, jangan sampai saat sakit berat,baru mau datang ke puskesmas untuk mendapatkan pelayanan kesehatan,” ungkapnya.
Hal yang membuatnya sedih dan sangat merasakan kehilangan, kata Shary, ketika dirinya berusaha melakukan rujuk pasien, namun pasien tersebut meninggal ketika hendak masuk di pintu rumah sakit.
“Itu yang membuat saya merasakan kehilangan sekali. Rasa-rasanya usaha yang dilakukan sepertinya sia-sia begitu saja, tapi itulah, Tuhan berkehendak lain,” ujarnya.
Meskipun sangat merasakan kehilangan, Shary tetap tegar dan berusahan untuk terus belajar dari hari kehari. Dengan begitu, dirinya semakin mantap dalam melayani masyarakat di daerah perbatasan RI-RDTL.[*]
(pos kupang)
More Stories
Satgas Yonif 741/GN Amankan Granat Aktif dari Warga Perbatasan RI-Timor Leste
Personel Yonkav 12/BC Bantu Masyarakat Cor Jalan Di Perbatasan RI-Malaysia
TNI-POLRI Kerjasama Susun Kajian Pertahanan Perbatasan Negara dalam Mendukung IKN