BatasNegeri – Beberapa daerah perbatasan di Kalimantan Utara belum memiliki akses konektivitas yang baik hingga menyebabkan penyediaan fasilitas lainnya seperti kesehatan masih harus dilakukan dengan terapi khusus. Salah satu yang dilakukan Pemprov Kalimantan Utara untuk menyediakan layanan kesehatan di daerah perbatasan adalah memberangkatkan dokter spesialis ke desa-desa sasaran.
“Kita namakan program ini adalah Dokter Terbang,” kata Gubernur Kalimantan Utara Irianto Lambrie, Senin (4/11/2019).
Dokter Terbang sudah berjalan sejak tahun 2014. Catatan Dinas Kesehatan Kalimantan Utara, sudah sebanyak 8.835 warga yang dilayani. Tahun 2019 ini saja telah menjangkau sebanyak 14 titik dengan jumlah warga/pasien yang dilayani sebanyak 2.799 pasien.
Gubernur Irianto Lambrie mengungkapkan, 56 Puskesmas di Kalimantan Utara rata-rata pelayanannya adalah dokter umum. Apalagi di daerah-daerah terpencil, diyakini banyak masyarakat yang membutuhkan layanan pengobatan yang memerlukan tindakan medis tidak saja dari dokter umum, melainkan juga dokter-dokter spesialis.
“Maka itu kita gagas program Dokter Terbang. Walau kondisi kita terbatas, tetap masyarakat pedalaman dan perbatasan harus kita berikan layanan kesehatan yang memadai bagi mereka,” ujarnya. Ia mengungkapkan, program ini berawal saat dirinya sering melihat kondisi riil masyarakat perbatasan dan pedalaman yang sulit mendapatkan akses layanan kesehatan.
“Dari situ saya tergerak bahwa masyarakat itu harus kita bantu. Mereka mau ke Puskesmas, atau rumah sakit pun jaraknya sangat jauh. Ada juga yang harus pakai pesawat terbang, untuk bisa keluar berobat, karena akses darat masih sulit. Ini terjadi di beberapa daerah di Nunukan dan Malinau. Jadi kita lakukan pengiriman dokter spesialis dan dokter umum ke sana beserta obat-obatan yang diperlukan,” ujarnya.
Setiap kali kegiatan Dokter Terbang dilaksanakan, diberangkatkan dokter spesialis anak, dokter spesialis penyakit dalam, spesialis kandungan, dan dokter gigi. Jumlah tenaga kesehatan yang diberangkatkan masih tidak sebanding dengan antusias masyarakat.
“Sehingga terkadang kita dibantu tenaga Puskesmas setempat. Jauh-jauh hari kita beritahukan mereka dan mensosialisasikannya ke masyarakat bahwa ada agenda pengobatan pada hari ini, tanggal sekian,” ujanya. (Wil)
Layanan Dokter Terbang di Kalimantan Utara:
1. Tahun 2014= 264 pasien
– Desa Binai (Bulungan)
– Desa Sanur, Tulin Onsoi (Nunukan)
2. Tahun 2015= 767 pasien
– Puskesmas Long Pujungan dan Long Alango (Malinau)
– Long Apung (Malinau)
– Puskesmas Sembakung (Nunukan)
3. Tahun 2016= 475 pasien
– Puskesmas Lumbis Ogong (Nunukan)
– Puskesmas Long Ampung (Malinau)
4. Tahun 2017= 1.872 pasien
– Puskesmas Sembakung (Nunukan)
– Puskesmas Seimanggaris (Nunukan)
– Puskesmas Pembeliangan (Nunukan)
– Desa Sei Ular (Nunukan)
– Puskesmas Krayan (Nunukan)
– Puskesmas Long Layu (Nunukan)
5. Tahun 2018= 2.677 pasien
– Puskesmas Peso (Bulungan)
– Puskesmas Pimping (Bulungan)
– Puskesmas Betayau (Tana Tidung)
– Puskesmas Sekatak (Sekatak)
– BPU Salang, Tulin Onsoi (Nunukan)
– Puskesmas Sembakung (Nunukan)
– Puskesmas Mensalong (Nunukan)
– Puskesmas Binter (Nunukan)
– Puskesmas Seimanggaris (Nunukan)
– Pustu Kanduangan (Nunukan)
– Puskesmas Muruk Rian (Tana Tidung)
– Puskesmas Long Pujungan (Tana Tidung)
– Puskesmas Sebatik Barat (Nunukan)
– Puskesmas Long Sule (Malinau)
– Puskesmas Setulang (Malinau)
6. Tahun 2019= 2.799 pasien (sampai Januari-Oktober)
– Sebatik Timur (Nunukan)
– Long Bang (Malinau)
– Silva Rahayu (Bulungan)
– Long Bawan/Krayan (Nunukan)
– Long Umum/Krayan Timur (Nunukan)
– Malinau Selatan (Malinau)
– Long Loreh (Malinau)
– Tias (Bulungan)
– Liagu (Bulungan)
– Gong Solok
Membangun Sumber Daya Manusia (SDM) yang unggul dan berdaya saing merupakan fokus program pemerintah tahun ini. Namun untuk menciptakan hal itu, tentu perlu beberapa hal. Salah satunya, upaya peningkatan derajat kesehatan masyarakat.
Guna mendukung upaya tersebut, Pemerintah Provinsi Kalimantan Utara melalui Dinas Kesehatan (Dinkes) kembali menyelenggarakan program dokter terbang yang merupakan program layanan kesehatan bagi masyarakat yang berada di Daerah Tertinggal, Perbatasan dan Kepulauan (DTPK). Pelayanan yang diberikan kali ini, berbeda dengan sebelumnya karena didukung peralatan yang lebih baik yaitu EKG dan ECG.
“Program ini sudah berjalan beberapa tahun, namun dilakukan inovasi pada beberapa aspek dalam kegiatan tersebut. Sehingga pelaksanaannya jauh lebih baik,” kata ekretaris Provinsi (Sekprov) Kaltara, H. Suriansyah saat memimpin rombongan tim dokter terbang ke Desa Tau Lumbis, Nunukan pada Jumat (1/11/2019) lalu.
Sebelumnya, Sekprov bersama tim dokter terbang juga mengunjungi Desa Pujungan. Kala itu, warga mendapatkan layanan kesehatan 2 dokter spesialis. Yakni, dokter spesialis penyakit dalam dan kandungan. Sementara, di Tau Lumbis, tim menurunkan 3 dokter spesialis yaitu dokter spesialis anak, kandungan dan penyakit dalam.
“Tau Lumbis memiliki 167 KK (kepala keluarga) dengan 793 jiwa penduduknya. Desa ini, terletak di perbatasan Indonesia-Malaysia. Untuk menggapainya butuh 7 jam perjalanan melalui alur sungai berjeram,” tutur Sekprov.
Selama pelayanan dilakukan, sebanyak 252 warga Tau Lumbis menikmati manfaat dokter terbang. “Upaya memberikan layanan kesehatan yang maksimal bagi warga, tidak memandang jauh atau dekat.
Seyogianya, harus sama. Untuk itu, Gubernur Kaltara (Dr H Irianto Lambrie) dengan berbagai programnya terus menekankan upaya dalam meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan, termasuk masyarakat yang berada di daerah terpencil,” bebernya.[*]
tribunnews
More Stories
Pembangunan Tercepat 1.000 Unit Apartemen di IKN Sudah Siap Dihuni ASN
Penyelundupan 408 Kaleng Miras di Gagalkan Satgas Yonarmed 11 Kostrad Di Perbatasan Indonesia-Malaysia
Antisipasi Pelintas non-Prosedural, Pensiunan Petugas Imigrasi Bantu Perkuat Pengawasan Perbatasan Indonesia-Malaysia