BatasNegeri – Keamanan wilayah perbatasan tidak lepas dari peran tentara perbatasan. Penuh semangat pengorbanan demi menjaga perbatasan Indonesia, mereka rela jauh dari keluarga.
Seperti apa penjagaan yang dilakukan tentara di perbatasan? bagaimana kegiatan mereka tanpa fasilitas lengkap seperti di perkotaan dalam mengisi waktu luang? Seperti apa patroli yang dilakukan dua negara Indonesia dan Malaysia dalam menjaga garis perbatasan? Apa tanda yang menjadi pedoman kawasan perbatasan antara Malaysia dan Indonesia?
Semua pertanyaan itu akhirnya terjawab. detikcom bersama PLN datang ke pos perbatasan di Krayan di pedalaman Kalimantan dan merasakan langsung bagaimana suasana patroli dan keseharian dari tentara perbatasan, tepatnya di pos perbatasan Long Bawan, Krayan.
Tidak sekedar menjaga perbatasan saja, tentara di pos perbatasan juga melakukan sweeping dan pemeriksaan barang dan orang-orang yang masuk ke Krayan melalui Long Midang.
“Kami bertugas menjaga perbatasan di wilayah utara Indonesia dengan patroli patok, melakukan sweeping dan mencegah masuknya barang-barang ilegal ke Indonesia,” kata Danpos Long Midang, Letda Rival Irfiyanto kepada detikcom beberapa waktu lalu.
Di pos perbatasan Long Midang, penjagaan tidak hanya dilakukan tentara RI saja. Di sana juga terdapat Angkatan Tentara Malaysia (Askar), begitu juga pos di Malaysia yang ada TNI. Tentara kedua negara ini saling bahu-membahu dalam menjaga kedaulatan perbatasan masing-masing.
Salah satu kegiatan rutin yang dilakukan tentara perbatasan adalah patroli patok. Patok adalah penanda yang menjelaskan garis batas negara antara Indonesia dengan Malaysia.
detikcom pun berkesempatan merasakan patroli patok di Long Bawan ini. Kami pun berangkat dari pos perbatasan Long Bawan dan berjalan menuju titik batas antara Malaysia dengan Indonesia.
Satu hal yang mencuri perhatian detikcom adalah pemandangan hijau dan langit biru yang menghiasi jalur perbatasan ini. Walau jalannya belumlah beraspal, hanya jalan tanah liat, tapi keindahan alam hutan Kalimantan tak bisa disembunyikan.
Hamparan pepohonan hijau dan udara segar menemani perjalanan kami. Walau cuaca saat itu cukup terik, namun terobati dengan pemandangan yang menyegarkan ini.
Kami pun mulai masuk ke dalam hutan, dan berjalan menuju patok-patok. Selama di perjalanan, lembabnya hutan Kalimantan menemani langkah kami.
Perlu traveler ketahui, di Krayan terdapat 2.276 patok yang terbentang sepanjang 138,128 kilometer. Sedangkan di Long Midang ada 417 patok dan butuh waktu hingga 14 hari untuk bisa memeriksa semua patok ini.
Tentu detikcom tidak ikut patroli ke semua patok, karena itu bukanlah hal yang mudah. Karena patok berada di dalam pegunungan dan murni daerah pinggiran sekali.
“Rata-rata letaknya ada di pegunungan pinggiran, kampung-kampung perbatasan,” kata Komandan SSK V Long Bawan Krayan Lettu Eko Budiyanto.
detikcom pun mencoba merasakan bagaimana patroli patok sekitar 3 jam perjalanan. Dan jujur, memang itu terasa berat apalagi membawa barang bawaan yang cukup berat. Namun itulah perjuangan tentara Indonesia di perbatasan yang tanpa mengenal lelah melakukan kewajibannya.
Selama perjalanan, terasa sangat hangat melihat tentara dua negaara saling bahu-membahu berpatroli bersama. Sesekali mereka juga menyanyikan yel-yel penyemangat. Semakin semaraklah suasana ini.
Sebagai mana kontur hutan, tanjakan dan turunan pun dilalui para tentara. Ketika sampai di setiap patok, tentara akan mengecek kondisi patok. Mereka memastikan patok di tempat yang benar dan tidak rusak.
“Biasanya kendala patok bergeser itu suka hilang karena binatang buas atau hujan berhari-hari. Jadi menyebabkan patok itu bergeser atau hilang,” tutur Letda Rival Irfiyanto.
Setelah kembali dari patroli, detikcom pun ‘bermain’ di Pos Long Midang dan melihat bagaimana aktivitas dari tentara perbatasan ini. Terlihat lalu lalang warga masuk dan keluar Long Midang yang selalu berhenti dan melapor kepada tentara dan melihatkan identitas dirinya.
Kehidupan tentara ternyata tidaklah kaku seperti yang detikcom bayangkan. Ternyata mereka juga punya aktivitas seperti kebanyakan warga sipil untuk mengisi waktu luang atau mengusir kebosanan jika tidak ada tugas.
“Dalam mengisi waktu luang kami berolahraga, bermain volly, karauke dan juga berkebun. Ada juga PS yang menghibur saat istirahat di sini,” ungkap Letda Rival Irfiyanto.
Letda Rival juga mengatakan bahwa para tentara tak hanya berdiam diri di posko saja. Mereka juga berbaur dengan warga dan melakukan kegiatan sosial.
“TNI juga punya tugas teritorial, membantu dan menolong masyarakat. Misalnya pendidikan, beberapa anggota ada yang turun ke SD buat meningkatkan pendidikan yaitu mengajar. Terkadang kami juga diajak pergi mancing dan bermain bola oleh warga,” tambahnya.
Sore pun datang, para tentara pun mulai berganti seragam dan siap-siap untuk bermain volly. Riuh gelak tawa menghiasi lapangan volly dan saya pun ikut bergabung di sana.
“Ibuk, hati-hati. Tangannya nanti bisa patah kalau bermain seperti itu,” teriak salah satu tentara dari seberang lapangan karena saya bermain dengan asal-asalan. Tentu saja teriakan itu diiringi gelak tawa.
‘Awas kamu ya, saya smash kepala kamu. Awas kamu ya!” bercandaan salah satu tentara yang menjadi lawan tim kami.
Suasana hangat pun mengalir begitu saja dan malam pun menjelang. Setelah makan malam, para tentara pun tersebar melakukan ragam kegiatan. Ada yang menonton, bermain PS, menelfon keluarga, bahkan ada yang karauke. Malam yang dingin begitu terasa hangat dan ramai.
Ternyata tentara yang menjaga perbatasan ini datang dari beragam tempat. Ada yang berasal dari Jawa, Sumatera, Balikpapan, hingga Papua berkumupl di sini demi kedaulatan bangsa. Mereka pun harus jauh dari keluarga, bahkan ada yang rela dan harus meninggalkan anak istrinya.
Sampailah waktu untuk pamit. detikcom dan tim pun dengan berat hati harus melepas suasana hangat dari tentara perbatasan. Tetap semangat tentara RI. Salam hormat dari kami![*]
detik.com
More Stories
Belajar dari Rote: Sekolah di Perbatasan, Ilmunya dari Penjuru Dunia
Dampak kemarau di perbatasan Indonesia-Timor Leste
Nelayan Johor Keluhkan Polusi dan Ikan yang Berkurang, Causeway Singapura-Malaysia Disebut Biang Keladinya