BatasNegeri – Pidato Kenegaraan Presiden Joko Widodo (Jokowi) pada Sidang Tahunan MPR dan Sidang Bersama DPR dan DPD dalam rangka HUT ke-76 RI sempat menyinggung soal ekonomi hijau dan ekonomi biru.
“Ekosistem investasi dan kolaborasi di dunia usaha ini juga dimaksudkan untuk memperkuat perkembangan ekonomi berbasis inovasi dan teknologi, khususnya ke arah Ekonomi Hijau (Green Economy) dan Ekonomi Biru (Blue Economy) yang berkelanjutan. Perkembangan sektor pangan terus kita upayakan untuk membangun kemandirian pangan. Transformasi menuju energi baru dan terbarukan, serta akselerasi ekonomi berbasis teknologi hijau, akan menjadi perubahan penting dalam perekonomian kita,” demikian cuplikan isi Pidato Presiden.
Sejumlah referensi menyebutkan, ekonomi hijau adalah pembangunan ekonomi yang mempertimbangkan keberlanjutannya. Sementara ekonomi biru adalah pembangunan ekonomi yang menekankan pada peningkatan pada kesejahteraan masyarakat dan pemerataan sosial, serta pada saat yang sama mengurangi risiko lingkungan hidup dan kelangkaan ekologis.
Keduanya, memiliki kemiripan, yaitu menekankan zero waste dan mendukung prinsip reduce, reuse, and recycle (3R).
Menurut Menteri PPN/Kepala Bappenas Suharso Manoarfa, istilah blue economy tidak sama persis dengan green economy atau ekonomi hijau. Bila green economy fokus pada pembangunan ekonomi yang berkelanjutan diiringi dengan penurunan risiko kerusakan lingkungan, sedangkan blue economy lebih difokuskan pada pembangunan ekonomi yang berkelanjutan di sektor kelautan.
Manoarfa mengatakan, sudah saatnya Indonesia menerapkan ekonomi biru dengan strategi jelas dan terarah agar dapat memelihara laut sehat dan memaksimalkan potensi sektor laut yang luar biasa besar itu.
Pengembangan ekonomi biru yang berkelanjutan mengingatkan kita pada visi Jokowi untuk menjadikan Indonesia sebagai poros maritim dunia yang salah satu tujuannya adalah memberdayakan potensi maritim Indonesia untuk mewujudkan pemerataan ekonomi nasional.
Visi itu sudah diimplementasikan secara baik oleh Bappenas dalam perencanaan ekonomi Indonesia dengan mencantumkan isu ekonomi biru (blue ekonomy) dalam perencanaan pembangunan jangka menengah nasional. Ekonomi biru menjadi bagian dari dua program prioritas nasonal.
Potensi kelautan Indonesia bukan hanya dari sisi sumber daya perikanan saja, tetapi juga potensi untuk menjadi sumber energi bersih dan terbarukan karena laut sangat kaya akan sinar matahari dan angin. Lebih dari 70 persen cahaya matahari yang diterima bumi berada di bawah laut, serta hampir 90 persen energi angin di dunia berada di laut.
Jika potensi-potensi itu dapat dimanfaatkan secara optimal, sektor kelautan Indonesia dapat memberikan dukungan yang besar di masa depan untuk memperkuat perekonomian nasional.
Untuk itu, maka persoalan-persoalan klasik di sektor kelautan, seperti percurian ikan (illegal fishing) oleh negara asing, dan pencemaran laut yang sudah sangat mengkhawatirkan akibat limbah industri dan limbah rumah tangga, tumpahan minyak dan sampah plastik yang terbawa ke laut harus bisa diatasi.
Tantangan tersebut menghendaki agar kita dapat mendorong kesadaran masyarakat untuk merawat samudera Indonesia yang luar biasa luasnya. Berbagai gerakan peduli lingkungan harus ditumbuhkan dan sudah saatnya Indonesia memerlukan penerapan ekonomi biru dengan strategi yang jelas dan terarah agar dapat memelihara laut sehat dan memaksimalkan sektor laut untuk menumbuhkan ekonomi Indonesia.
Semoga momentum 76 Tahun Indonesia Merdeka ini sekaligus memantapkan komitmen kita sebagai negara kepulauan yang membangun bangsa dan mengembangkan ekonomi berkelanjutan berbasis potensi laut.[*]
Gerry Setiawan
More Stories
Penguatan Kerja Sama Pertahanan Australia-Indonesia
Revitalisasi PLBN Meningkatkan Kesejahteraan di Perbatasan Indonesia
IKN: Titik Awal Era Baru Pertumbuhan Ekonomi Berkelanjutan di Indonesia