27 Juli 2024

batasnegeri.com

Membangun Indonesia dari Pinggiran

13 Tokoh Aceh Terima Anugerah Budaya Ditengah Gelaran PKA-8

BatasNegeri – Lembaga Wali Nanggroe Aceh memberikan anugerah kepada 13 Tokoh Aceh.

Pemberian penghargaan itu dalam rangkaian Pekan Kebudayaan Aceh (PKA) ke-8, berlangsung di Meuligoe Wali Nanggroe Aceh, Darul Imarah, Aceh Besar, Senin (6/11/2023).

Mereka yang menerina penghargaan tersebut karena telah berjasa dan berkontribusi dalam dunia seni, adat, dan budaya.

Ada tiga penghargaan yang diberikan oleh Lembaga Wali Nanggroe, yakni Penghargaan Meukuta Alam, Tajul Alam, dan Penghargaan Syah Alam.

Para penerima sudah melalui seleksi dan penjaringan yang ketat oleh tim juri yang diketuai akademisi Prof Dr Syahrizal Abbas, dengan anggotanya Dr Yusri Yusuf MPd, Drs Nurdin Ar MHum, Drs Nabhany, Muhammad Taufik Abda, dan Dr Rafiq.

Penerima penghargaan Meukuta Alam ada empat orang yang berasal dari berbagai daerah.

Mereka adalah Alm M Kalam Daud asal Banda Aceh untuk kategori pelestarian warisan budaya.

Syarifuddin asal Gayo Lues atas kontribusi pada pelestarian seni.

Lalu Amirullah Hamzah asal Banda Aceh untuk kategori sejarah dan peradaban.

Terakhir, penghargaan Meukuta Alam diberikan kepada Alm Abdul Gani Mutiara asal Banda Aceh untuk kategori pengembangan inovasi produk budaya.

Untuk penghargaan Tajul Alam terdapat dua penerima, yaitu Yanimar W Yusuf asal Aceh Barat untuk kategori pelestarian seni, dan Hamidah asal Aceh Tenggara untuk kategori pelestarian warisan budaya.

Yasuddin asal Aceh Singkil untuk kategori pelestarian adat, Mahrisal Rubi asal Bireuen untuk kategori pelestarian seni.

Selanjutnya, Muntasir Wandiman asal Aceh Tamiang untuk kategori sejarah dan peradaban.

Junaidi asal Pidie untuk kategori pengembangan dan inovasi produk warisan budaya.

Kurniatun asal Banda Aceh untuk kategori pelestarian seni. Terakhir, Pekeriana Kobat asal Aceh Tengah untuk kategori pelestarian warisan budaya.

Wali Nanggroe Aceh Malik Mahmud Al-Haytar menyampaikan, pemberian gelar khususnya di bidang kebudayaan, sangat penting untuk dilaksanakan secara berkelanjutan. Karena budaya merupakan identitas suatu bangsa.

Menurut WalI Nanggroe, khusus bagi bangsa Aceh, menjaga warisan budaya sama artinya dengan menegakkan agama.

Sebab, kebudayaan Aceh selalu berlandaskan pada pondasi dimensi Islami.

“Filosofi hidup orang Aceh muncul sebuah Hadih Maja, “hukom ngen adat, lage zat ngen sifuet”.

“Dimensi tersebut telah membentuk pola hukum dan kebudayaan dalam masyarakat Aceh sehingga “adat han jeut barangkahoe takong, hukom han jeut barangkahoe takieh,” ungkapnya.

Malik Mahmud berharap, apa yang telah didedikasikan para penerima anugerah selama ini, agar dapat terus ditingkatkan.

Selain itu, ia juga berharap akan lahir generasi-generasi baru yang dididik untuk menjadi penjaga dan pelestari khazanah kebudayaan Aceh.[*]

tribunnews.com