29 April 2024

batasnegeri.com

Membangun Indonesia dari Pinggiran

Tangki limbah radioaktif di PLTN FukuShima (Foto-iNews.co.id)

Negara-Negara Kepulauan Pasifik Dapat Dukungan untuk Tolak Rencana Jepang Buang Air Limbah Radioaktif

BatasNegeri – Negara-negara di Kepulauan Pasifik menolak permintaan Jepang untuk membuang air limbah radioaktif yang sudah diolah dari PLTN Fukushima Daiichi, yang dinonaktifkan pasca musibah tsunami 12 tahun lalu. Dalam pertemuan menteri lingkungan hidup G7, upaya itu mendapat momentum.

Wilayah Kepulauan Pasifik adalah rumah bagi jutaan spesies hewan laut. Para pakar mengatakan 44% spesies itu terancam punah, atau bahkan sudah punah. Wilayah ini juga kediaman bagi orang-orang yang mencari nafkah dari laut.

“Ini hidup kita. Lautan menyediakan hampir semua yang kami butuhkan untuk penghidupan, karena kami adalah negara-negara Samudra,” ujar Duta Besar Kiribati Untuk PBB dan Amerika, Teburoro Tito.

Ditambahkannya, itulah sebabnya mengapa orang-orang di wilayah itu khawatir dengan proposal perusahaan tenaga nuklir Jepang, TEPCO, yang akan membuang lebih dari satu juta metrik ton air limbah nuklir olahan dari PLTN Fukushima ke Samudra Pasifik.

Para pejabat Jepang bersikeras bahwa mereka dapat membuat air limbah itu aman. Menteri Ekonomi, Perdagangan dan Industri Jepang, Yasutoshi Nishimura mengatakan, “Kemajuan berkelanjutan dalam upaya menonaktifkan itu, mencakup pembuangan air limbah yang sudah melalui Advanced Liquid Processing System ke laut, serta pendekatan Jepang yang berbasis sains dan transparansi, yang telah diapresiasi.”

Badan Energi Atom Internasional atau IAEA mengatakan Jepang kehabisan tempat penyimpanan air limbah itu dan telah mengikuti standar keamanan yang direkomendasikan untuk menangani air yang telah terkontaminasi.

Namun, dalam pertemuan para menteri lingkungan hidup Kelompok Tujuh (G7) – kelompok negara-negara industri maju – Menteri Lingkungan Hidup Jerman Steffi Lemke menolak mendukung rencana Jepang.

“Jelas bahwa para menteri lingkungan hidup ini tidak dapat mendukung materi yang sudah terkontaminasi ke perairan mana pun di dunia,” tuturnya.

Pakar teknik kimia yang memimpin langsung penelitian nuklir Universitas Columbia di Marshall Islands, Ivana Nikolic Hughes menilai fenomena dukungan ini belum pernah terjadi sebelumnya.

“Dalam hal skala cakupannya, pernyataan ini belum pernah terjadi sebelumnya,” katanya.

Amerika telah melakukan 67 kali uji coba nuklir antara tahun 1946-1958. Hughes mengatakan lebih dari 60 tahun kemudian, tim risetnya masih menemukan unsur radioaktif dalam kelapa di Amerika.

“Radiasi itu masih ada. Saya kira pelajaran pentingnya adalah tidak ada uji coba atau penggunaan bahan radioaktif yang aman,” kata Ivana.

Forum Negara-Negara Kepulauan Pasifik pada bulan Februari lalu bertemu dengan TEPCO, menuntut tambahan kajian tentang proses dekontaminasi guna memastikan negara-negara anggotanya bahwa pembuangan air limbah olahan itu tidak akan meracuni perairan atau satwa liar.

“Pembuangan air limbah olahan itu harus aman. Tidak boleh menimbulkan dampak sebaliknya pada kehidupan orang-orang di sini,” kata Teburoro.

TEPCO sejauh ini telah menangguhkan pembuangan air limbah nuklir olahan itu, memberi lebih banyak waktu bagi mereka yang menentang untuk mencari opsi lain. Hughes mengatakan sedianya salah satu alternatifnya adalah menemukan tangki penyimpanan tambahan untuk menampung air limbah nuklir hingga isotop radioaktif itu terurai lebih lanjut.[*]

suarakalbar.go.id